12 | Naughty Kiss
NARUTO menyiapkan sebuah mansion mewah untuk tempat tinggalnya dengan Hinata di sebuah kawasan Denenchofu, yang masih satu kota dengan Tokyo. Mansion tersebut adalah rumah pribadinya yang memang sudah di beli beberapa tahun yang lalu, terbiasa tinggal di Milan membuat Naruto sudah biasa dengan gaya rumah Eropa. Sehingga memilih kawasan Denenchofu yang desain bangunannya mirip dengan desain rumah-rumah di Eropa. Ibunya menyarankan untuk tinggal di rumah mereka, namun tentu saja Naruto menolak keras dengan alasan bahwa mereka ingin tinggal berdua saja, berbagi kehidupan tanpa bergantung pada orangtua. Padahal sesungguhnya, Naruto dan Hinata ingin bebas dari segala aturan di rumah orangtuanya apalagi mereka tidak benar-benar suami-istri, tinggal dirumah orangtua mereka sama saja cari mati.
Yang ada, Hinata dan Naruto terus-menerus bersikap mesra layaknya pasutri sungguhan. Itu menggelikan bagi keduanya, tentu saja.
Kini, Hinata keluar dari mobil setelah sang supir membukakan pintu, kakinya yang dibalut high-heels tiga senti melongok lebih dulu dari mobil di susul tubuhnya. Mata peraknya di tutupi kacamata hitam, sang supir segera membukakan pintu untuk Naruto kemudian. Lelaki bersurai pirang itu keluar dan berdiri di sebelah Hinata.
"Selamat datang di rumahku." Tutur Naruto sekenanya, lelaki bersurai pirang itu berjalan lebih dulu memasuki mansion mewahnya tanpa menunggu Hinata.
Hinata segera melepas kacamatanya dan berjalan kesal dan gusar mengikuti langkah kaki suami gadungannya. Sang supir di belakang membuka bagasi untuk mengeluarkan kopor keduanya, para pelayan di mansion keluar menyambut kedatangan Naruto beserta Hinata.
"Selamat datang Tuan ... Dan Nyonya..." Maid perempuan menyambut mereka, berjumlah tiga orang berjejer rapih seperti bebek siap makan. Seragam pelayan itu sama persis seperti di rumah orang tua Naruto.
"Kau memiliki pelayan? Mereka bisa saja melaporkan aktivitas kita di sini." Tutur Hinata sangsi, Naruto memutar bola matanya.
"Mereka dibawah perintahku, tenang saja. Lagipula tak sebanyak di rumah orangtuaku." Tutur Naruto, kini lelaki itu berjalan menaiki tangga marmer menuju pintu utama mansion, Hinata mengikuti di belakang Naruto begitupun para pelayan.
Pintu berdaun dua itu terbuka, menampilkan kemewahan yang tersaji di dalam rumah bergaya Eropa di depan Hinata. Nuansanya tenang, banyak furniture yang tampak sederhana, tidak semuanya terlihat mahal namun bertindak fungsional. Terdapat tiang penyangga untuk menaruh topi dan jas, Naruto berjalan memimpin seperti pemandu wisata. Hingga kemudian langkah kaki mereka berhenti di sebuah kamar dengan pintu berwarna putih gading, Naruto membukannya dan mempersilahkan Hinata masuk.
"Ini kamarmu, selama enam bulan ke depan." Tutur Naruto, Hinata melangkah masuk membiarkan high-heelsnya menyentuh lantai marmer putih yang mengkilap hingga tubuhnya terpantul di lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUPERNOVA [END]
RomanceMenurut Naruto, Hinata tidak lebih dari wanita menyebalkan yang selalu merepotkan perihal estetika. Menurut Hinata, Naruto tidak lebih dari lelaki work holic yang kinerja hidupnya mirip seperti robot. Pertentangan ke duanya seperti ledakan di angkas...