35 | Sun Candy
"BURUK."
"Ta-pi aku sudah mengganti konsepnya——"
"Buruk."
Shion menghela napas kasar. Hancur sekali image yang sudah ia bangun begitu Shikamaru selalu melempar konsep yang ia usung dan ketahuilah menurutnya, hal seperti menolak sudah keterlaluan. Shion mengusap pelipisnya yang berkeringat lalu memungut proposal yang di lempar sampai ke bawah kakinya.
"Shika, Namikaze Company akan tercoreng jika memperlakukan koleganya buruk seperti ini. Kau tak takut aku akan membeberkannya pada wartawan atas sikapmu yang tidak beretika ini?!" Ucapan terakhir Shion meninggi, Shika yang masih duduk di kursi Naruto menghela napas. Lalu berdiri dari sana, menghampiri Shion yang wajahnya mengeras menahan emosi.
"Beberkan saja. Aku punya banyak sanggahan untuk melawan ujaran kebencian yang coba kau layangkan pada perusahaan ini. Alasanku hanya satu, konsepmu masih tidak menarik dan jangan jadikan hasil kerjamu adalah sesuatu yang sia-sia." Shikamaru menatap sengit, begitupula dengan Shion. Keduanya beradu pandang seperti akan memakan satu sama lain, tetapi akhirnya Shion membuang muka. Menghela napas, mengepalkan tangannya. Tak bisa berbuat apa-apa.
"Sebaiknya urungkan niatmu untuk kerja-sama. Konsep yang kau usung terlihat buru-buru, tidak sistematis dan pasaran." Shikamaru menyandarkan pinggangnya di meja, melipatkan tangan di dada melihat Shion masih membuang muka padanya.
"Kau terus-menerus menilai rancanganku seperti itu." Shion menyahut dongkol.
Shikamaru terkekeh. "Karena memang itu masalahmu. Sejujurnya aku seperti sedang menguji mahasiswa yang sedang bimbingan skripsi. Kau terlalu memandangku sebelah mata, menganggap aku tidak terlalu mengerti fashion sehingga kau dapat mengelabuiku. Kau masih berpikir aku di bawahmu."
Shikamaru mengambil tumpukan berkas di meja Naruto lalu melempar tumpukan berkas itu di hadapan Shion membuat wanita itu berjengit. Shikamaru menghela napas lalu mengambil salah satu berkas dan membukanya pada Shion.
"Ini punyamu. Ini juga punyamu. Semuanya sama."
"Naruto bahkan tidak melihatnya!" Shion hampir berteriak, wanita itu benar-benar tidak habis pikir mengapa Shikamaru yang terus menanganinya. Bahkan tak pernah sekalipun menyambut baik dirinya, yang ada hanya kata-kata kasar dengan tujuan menyudutkannya. Shion tahu kalau Shikamaru masih dendam padanya!
"Justru lebih baik dia tidak melihatnya, jika melihatnya mungkin dia akan tertawa bersama istrinya. Apakah aku harus membawa Hinata di depanmu?" Mendengar itu, tangan Shion mengepal kuat.
"Sungguh, aku tidak tahu kemana rasa malumu ketika kau sudah di tegur oleh Hinata secara langsung dan kau masih keras kepala meneruskan kerja sama ini. Apa yang kau lakukan padan dirimu sendiri?" Shikamaru memandang getir, tidak habis pikir dengan kegigihan yang rasanya sudah salah di jalani itu. Shikamaru berpikir ketika dirinya mengirim konsep Shion pada istri Naruto dan Hinata menegur secara pribadi, Shion sudah tidak akan punya muka untuk melanjutkan rencana kerja samanya.
"Kau tidak mengerti posisiku." Tatapan wanita berambut pirang pucat itu bergetar, "Kau punya teman yang super-baik seperti Naruto, kau punya teman-teman yang mendukungmu dan kau punya orangtua yang selalu menerima keputusan berkariermu."
"Aku tidak ingin mendengarkan kesulitanmu———"
"Maka berhenti menanyakan mengapa diriku keras kepala untuk bekerja-sama dengan perusahaan Naruto!" Shion berteriak frustasi dan wajahnya memerah, air matanya mengalir di pipi. Bahunya bergetar. Wanita berambut pirang pucat itu terisak. Membuang mukanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUPERNOVA [END]
RomanceMenurut Naruto, Hinata tidak lebih dari wanita menyebalkan yang selalu merepotkan perihal estetika. Menurut Hinata, Naruto tidak lebih dari lelaki work holic yang kinerja hidupnya mirip seperti robot. Pertentangan ke duanya seperti ledakan di angkas...