28 | Off-script Scenario

1.8K 294 54
                                    


Makaci lagi atas trakteer es krimnya mbak Wellcome90  semoga kamu senang aku malam ini update dan para pembacaku yang lain, aku harap kalian sehat selalu (⁠◍⁠•⁠ᴗ⁠•⁠◍⁠)

Selamat membaca!


_______________________________


28 | Off-script Scenario


BEBERAPA minggu telah terlewat, pagelaran fesyen Hinata tetap menjadi trending nomor satu yang mengangkat derajat wanita itu menjadi lebih baik. Wajah Hinata terpampang di berbagai majalah wanita, majalah karier dan sebagainya dengan headline yang kali ini tidak melenceng dari segala perjuangan yang Hinata coba raih. Hingar-bingar kesuksesan terasa merebak, pakaian yang ia perjualbelikan dengan harga fantastis itu terjual habis oleh para penikmat fasyen dan sosialita. Hinata menjadi lebih sibuk untuk mengurus beberapa perusahaan yang berniat bekerja sama dengannya atau menerima kolaborasi fesyen dari seorang desainer ternama pula.

Moegi pun menerima berbagai lemburan, yang tentu saja menaikkan gajinya sehingga uang itu cukup untuk menafkahi keluarganya sekaligus. Moegi tersenyum senang ketika ia akhirnya dapat melihat Hinata kembali pada kesuksesannya, sehingga Moegi tak diliputi rasa bersalah karena pernah membuat kolega Bossnya itu pergi karena dirinya menghancurkan presentasi mode.

Moegi sedang asyik memakan kepingan coklat yang ia beli di seven eleven ketika sedang mengatur jadwal padat Bossnya, sesekali memerhatikan Hinata yang masih sibuk mondar-mandir menelepon.

BUGH!

Moegi tersentak di tempat duduknya ketika mendengar suara debum tidak kentara itu, Moegi bangkit dari duduknya dan melotot terkejut melihat Hinata tergeletak di lantai, meringis memegang perutnya.  Moegi berlari cepat menghampiri Bossnya, kemudian menepuk pelan pipi Hinata yang wajahnya tampak pucat dan perlahan menutup matanya. Hinata dapat melihat samar-samar asistennya yang panik memanggil-manggil namanya, sebelum semua cahaya menghilang dan gelap.

Wanita berambut oranye itu akhirnya berteriak memanggil security untuk membawa Bossnya ke rumah sakit. Hinata secepat kilat di bawa dengan bangkar troli, memasuki ruangan pemeriksaan segera. Moegi terlalu panik, ia menelepon suami Bossnya, tetapi panggilan itu tidak terjawab. Moegi menggigit kuku-kuku jarinya dengann gemas, ia begitu panik ketika tak pernah mendapati Hinata sepucat itu.

Hinata terlalu sibuk.

Hinata terlalu lelah.

Pasti wanita itu memaksakan segala kegiatannya.

Ponsel Hinata yang berada di saku mantel Moegi berdering, terpampang nama pemanggil yang diberi nama MAMI. Moegi pun menarik napas untuk menerima panggilan itu, ia menyahut dengan suara kecilnya yang sedikit gemetar.

"Ha-llo?"

"Sayang, Mami ingin mengajakmu konsultasi ke dokter pribadi Mami. Kau sedang lenggang? Kau dimana sayang?" Terdengar suara cempreng Kushina, Moegi memejamkan mata dan menelan salivanya kepayahan.

"Ano.. saya Moegi, asisten Hinata-san."

"Moegi? Oh ya? Kalau begitu, kemana menantuku?"

Moegi memilin bibirnya. "Ano.. Nyonya, kebetulan Nyonya menelepon.. aku ingin memberitahukan kalau.. Hinata-san jatuh pingsan di kantor.. dia———"

"APA?!" teriakan memekik itu membuat Moegi spontan menjauhkan ponsel Hinata, ia mendadak takut untuk menjelaskan segalanya.

"Ano.. sebaiknya Nyonya ke sini. Sebelumnya aku menghubungi Naruto-san, tetapi sepertinya suami Hinata-san itu sibuk——jadi———"

SUPERNOVA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang