1| Self Improvment
NAMIKAZE Naruto tidak pernah berpikir untuk menikah, pemikirannya itu dianggap terlarang oleh ke dua orangtuanya. Padahal Jepang adalah negara yang tidak mempermasalahkan hal itu, bukan Jepang saja. Seluruh negara tidak peduli warganya memilih untuk menikah atau tidak, otak dan kinerja apalagi jika itu menguntungkan negara adalah tindakan yang lebih berpengaruh. Tapi kata Ibunya, bagaimana jika semua lelaki berpikiran sepertimu? Tidak ada lagi angka kelahiran tercatat di rumah sakit, tidak pula ada sekolah yang di dirikan untuk anak-anak. Bahkan mungkin, kita akan mati tanpa taburan bunga di atas peti dari generasi.
Rasanya, menikah hanya di jadikan metode pengembangbiakan generasi.
"Naruto kapan kau akan menikah?"
"Aku tidak tertarik."
"Astaga!" Kushina akan berteriak-teriak pada Minato dan mengadukannya sebagai manusia berpikiran menyimpang.
Ibunya itu selalu berlebihan. Tentu saja pemikiran tidak menikah tidak akan memenuhi kepala seluruh manusia di bumi ini. Sebagian dari manusia akan membaca buku-buku romance yang mengusung tema pernikahan, sebagian manusia akan bertemu pujaan hatinya hingga memutuskan untuk menikah, sebagian manusia akan memutuskan untuk menikah ketika di tuntun oleh dogma-dogma agama. Tidak banyak atau mungkin jarang manusia yang berpikiran sama seperti Naruto. Peradaban bergulir dengan fase repetitif, tidak bisa di pungkiri di setiap abad selalu ada penindasan, kekerasan atau penyimpangan dari yang normal.
Dan, tentu saja memutuskan tidak menikah adalah peradaban yang bergulir secara berulang-ulang di setiap zaman. Contohnya, Nikola Tesla yang mati dalam keadaan perjaka namun karya dan penemuannya tetap hidup hingga sekarang. Ilmuan itu bahkan bisa hidup tanpa wanita, tidak peduli dunia menganggapnya memiliki kelainan. Toh, penemuannya yang lebih bersuara ketimbang latarbelakang kehidupannya.
Mekanisme kehidupan kadang terlalu dituntun dari buku-buku romantis. Manusia menurunkan produkfitas berpikirnya karena cinta, tidak heran jika reaksi hormon itu memang digilai sebagian kaum karena membawa efek mirip-mirip seperti menegak sebotol anggur.
Naruto pikir gagasan tidak menikah tidaklah buruk? Meski lelaki mapan itu lahir dari ranjang penuh cinta ke dua orangtuanya. Pernikahan bukan sesuatu yang harus menurut pandangannya, apalagi jika hanya untuk menghasilkan keturunan? Lelaki itu bisa mengambil anak-anak yang tidak beruntung di panti asuhan untuk diangkatnya sebagai anak. Bukankah itu pemikiran yang lebih cerdas ketimbang harus membuat anak di atas ranjang dan membuat negara kembung oleh jumlah penduduk yang terus meningkat?
Pikirkan saja hal yang lebih masuk akal. Pernikahan menjadi tindakan yang tidak masuk akal di hidup Naruto.
Tapi Ibunya sendiri heboh dan menganggap bahwa Naruto bukan putranya. Kushina berkata, "apakah Putraku tertukar di rumah sakit? Mengapa pemikiran Putraku ini liar sekali?! Astaga Minato, dia bukan Putraku!"
Naruto dan gagasannya seperti racun bagi ke dua orangtuanya. Membuat Naruto ingin sekali berteriak, Ibunya terlalu sering menonton telenovela!
"Jangan egois Naruto! Pikirkan jika ranjangmu selalu dingin dan kau hanya bisa mimpi basah!"
"Kaa-chan hentikan! Itu menggelikan untuk di bicarakan! Apa menikah hanya berisi tentang seks?!" Naruto ikut membentak. Terkadang Ibunya sangat ekplisit dalam menjelaskan sesuatu.
Kushina menarik napasnya, lalu menatap tajam suaminya untuk ikut membantu meluluhkan putranya.
Namun, Minato menggerling jenaka. "Kau belum tahu saja rasanya bergumul di atas ranjang."
KAMU SEDANG MEMBACA
SUPERNOVA [END]
RomanceMenurut Naruto, Hinata tidak lebih dari wanita menyebalkan yang selalu merepotkan perihal estetika. Menurut Hinata, Naruto tidak lebih dari lelaki work holic yang kinerja hidupnya mirip seperti robot. Pertentangan ke duanya seperti ledakan di angkas...