33 | All Apologies

3.2K 353 68
                                    


Aku lupa bilang, big thanks untuk teraktiran kopiiiiii-nya dari jiangchen909 huhuhuhu menaikkan moodku dan buat mbak sirra Wellcome90 yang teraktir es krim di trakteer love youu (⁠~⁠ ̄⁠³⁠ ̄⁠)⁠~

Dan buat pembaca lain yang gak lelah komentar dan vote, thankyouu ya bacotan kalian juga membangun moodku yang ambruk(⁠´⁠∩⁠。⁠•⁠ ⁠ᵕ⁠ ⁠•⁠。⁠∩⁠'⁠)


_____

33 | All Apologies





KETIKA Naruto terus mengoceh, Hinata tak menyahut di pelukannya. Tubuh wanita itu terasa lemas dan ketika Naruto melerai pelukan itu, Hinata tak sadarkan diri. Lelaki berambut pirang itu terus menepuk pipi istrinya dengan pelan, Hinata tak menyahut. Jantungnya berdegup kencang.

"Sayang.. Hinata.." Naruto terus memanggil, Hinata tak juga membuka mata, Naruto memejamkan matanya sesaat berusaha tak panik. Istrinya pasti begitu kelelahan dan terguncang, Naruto segera membuka pintu mobil, ia keluar dari sana dan membawa istrinya untuk duduk di depan, mengatur joknya agar lebih nyaman. Naruto membuka jasnya untuk menutup paha mulus istrinya.

Naruto segera menutup pintu dan bergerak untuk duduk di kemudi, ia mengusap wajahnya kasar. Tangannya bergetar memegang stir, khawatir tentang kondisi istrinya. Naruto berusaha tak melaju terlalu cepat, ketika sebenarnya ingin sekali melibas kendaraan-kendaraan di depannya. Sesekali tangan Naruto memegang tangan sang istri.

"Hinata maafkan aku.." Naruto berusaha tak menangis untuk lebih cengeng lagi, sungguh, ia begitu khawatir sekarang. Jalanan macet di depannya membuat ia ingin berteriak memaki, Naruto memencet klakson dengan brutal. Agar orang-orang cepat minggir.

Mobilnya sudah sampai rumah sakit terdekat. Naruto langsung keluar dan membuka pintu mobil, membopong tubuh istrinya. Naruto berlari di lorong rumah sakit, memanggil suster atau siapapun itu untuk menyahut. Troli bangkar datang dari suster, Naruto merebahkan tubuh istrinya di sana. Suster bertanya apa yang terjadi, suara Naruto keluar dengan gemetar.

"Istriku sedang hamil! Dia pingsan begitu saja!" Naruto menyentak tak bisa menahan suaranya yang terus meninggi ketakutan. Suster dengan tenang mengangguk paham, Naruto di pisahkan pintu daun dua yang membawa istrinya masuk IGD. Lelaki berambut pirang itu meremas rambut pirangnya, duduk di kursi tunggu dan menunduk.

Terdengar ketukan sepatu yang melangkah, Naruto menoleh melihat Ibunya dengan wajah tegang berjalan cepat ke arahnya. Naruto terkejut mendapati sang Ibu bisa muncul di tempat ini, belum sempat membuka mulut untuk berbicara, Kushina menyentak dengan hebat;

"APA YANG KAU LAKUKAN PADA CUCUKU HAH?" Kushina tak pernah berteriak untuk putranya sepanjang hidup wanita itu membesarkan Naruto. Lelaki berambut pirang itu terhentak. "Katakan pada Ibu kau tak melakukan hal buruk pada istrimu sendiri!" Kushina krisis kepercayaan, Naruto adalah anak sulung mereka, seringkali menumpu begitu banyak harapan dari dirinya dan sang suami, Kushina sudah begitu menahan amarah saat mengetahui pernikahan kontrak dan bagaimana putranya membuat semua hal jadi bisnis. Kushina jadi begitu khawatir jika tanpa sepengetahuan dirinya, putranya sudah lebih kejam dari apa yang ia pikirkan selama ini.

"Ibu sudah tahu? Ibu tahu Hinata hamil?!" Naruto berusaha tak menyentak, ia menahan amarahnya. Kushina menatap sengit putranya sendiri. "Mengapa Ibu tak bilang?!" Naruto ingin mengamuk, tetapi lorong rumah sakit begitu hening untuk suaranya yang meledak-ledak sehingga Naruto khawatir jika teriakannya akan membuat security datang.

SUPERNOVA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang