10 | Hangover

2.1K 326 103
                                    



10 | Hangover



ACARA pernikahan telah bergeser hingga acara terakhir dimana tamu hanya tersisa kerabat dekat dan teman terdekat saja. Hinata bahkan sudah mengganti pakaiannya, ia mengenakan gaun berwarna merah legam yang membentuk tubuhnya dengan bagian paha yang membelah. Gelas-gelas berkaki bertengger di nampan-nampan pelayan, hampir semua meja berisikan wiski atau wine bahkan segala jenis minuman. Inilah yang Hinata benci, ritual semacam ini bisa membuatnya sedikit tertekan. Faktanya, Hinata bukan wanita modern pada umumnya yang kerap mengalihkan stress dengan minuman atau bahkan orang-orang menyebutnya cara sederhana menikmati hidup. Menikmati hidup apanya ketika dibuat pening dan tidak sadar? Itu aneh sekali. Meski budayanya menciptakan hal itu, Hinata tetap tidak setuju.

Kini, Hinata terjebak dengan ketiga teman kampusnya di satu meja. Ino dan Sakura jelas dua wanita yang memang suka minum, mereka bahkan bisa meneguk beberapa kali tanpa mabuk. Ajang minum seperti halnya juga pesta untuk merayakan hal apapun, Hinata ingat jika waktu itu Ino mencuri tiga botol anggur dari ruang pribadi kakak tingkat dan mengajak ia untuk menikmatinya di balkon asrama. Hinata benar-benar dibuat melotot melihat bagaimana Ino kegirangan seperti baru saja menemukan harta karun.

Kalau Tenten masih batas normal, tidak terlalu suka tapi tak akan menolak jika untuk tiga teguk sebagai selebrasi. Selama kenal di kampus, Tenten di kenal sebagai wanita yang sopan dan menjunjung ajaran Buddha yang diajarkan Kakeknya. Hinata sangat nyaman berteman dengan Tenten.

"Kau diam saja huh? Apa tidak sabar satu kamar dengan si milyuner?" Mata Ino sudah tampak sayu tapi masih sanggup menuangkan minuman ke gelasnya dan Sakura.

Hinata mendecih pelan. Bahkan ia sendiri merinding membayangkannya.

Sakura cegukan dan terkekeh. "Aku tak sangka calon suamimu Naruto, dia teman mantan suamiku. Aku tidak terlalu kenal Naruto, dia itu pria yang benar-benar dingin. Bahkan aku sempat curiga dia memiliki kelainan seksual karena tak pernah menggandeng seorang perempuan."

Tenten mengangguk. "Aku juga kaget saat mendengar beritanya, karena salah satu stasiun TV di China menayangkan wawancaramu dengan Naruto. Lelaki itu juga sedang merangkap bisnis perhiasannya di China dan sejauh ini bisnisnya mendapatkan perhatian para pejabat."

"Wah, aku harus merebut suamimu Hinata." Tutur Ino setengah mabuk, membuat mereka terkekeh seketika.

Hinata menyunggingkan senyumnya. Ternyata ia menikahi seorang milyuner sungguhan, kadang ia tidak menyangka. Pamornya juga naik karena lelaki itu.

"Ambil saja," Ucap Hinata tampak tenang, membuat temannya terdiam. Kemudian, ia terkekeh. "Dia mana mau denganmu. Kau kan tidak konsisten menyukai satu pria. Dia... Suka orang yang konsisten." Hinata melabuhkan matanya pada Sang suami yang tengah berbincang dengan temannya, lelaki itu membuka jasnya hingga hanya mengenakan kemeja rompi, bajunya di tarik hingga sikut dan tangannya memegang gelas berkaki.

Ugh, kadang terlihat seksi sih. Tapi, Naruto itu tidak tertebak, kadang terlihat sangat tulus, tapi tidak pernah tahu itu hanya kamuflase untuk mencapai tujuannya atau bukan. Terjebak dengan lelaki yang mengutamakan keuntungan pribadi itu mengerikan bukan?

Tenten bertepuk tangan dan memberikan segelas wine pada Hinata. "Berarti kau konsisten mencintainya ya?" Pertanyaan Tenten membuat Hinata terdiam, ia menatap gelas yang diberikan Tenten padanya.

Mencintai? Mana mungkin.

"Entahlah." Lalu Hinata meneguk winenya, Sakura terkekeh dan kembali menuangkan wine ke gelas Hinata. Wanita bersurai indigo itu memejamkan matanya sesaat, rasa wine yang pekat dan seolah membakar tenggorokannya membuatnya menggelengkan kepala.

SUPERNOVA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang