32 | Broken
"IBU, ada apa menelepon? Semalam aku tidak memegang ponselku." Naruto bertanya pelan dengan suara sedikit serak ketika panggilannya tersambung pada Ibunya. Naruto lupa untuk mengecek ponselnya, semalaman ia tidak berminat untuk memainkan ponsel dan terkejut melihat puluhan panggilan tidak terjawab.
"Tak apa. Kau dimana sejak kemarin?" Suara Kushina tidak meninggi seperti kebiasaan yang selalu Naruto dapatkan, Ibunya terdengar lebih serak. Naruto berdehem, ia sudah berada di kantor dimana kini Shikamaru kembali bahkan lelaki bermata monolid itu yang menjemputnya di apartemen Sasuke dan Shikamaru mulai sudi mengatur jadwal seperti biasanya.
"A-ku.. mengunjungi Sasuke. Dia sudah lama tidak pulang ke Jepang. Jadi kami berkumpul di apartemennya." Naruto menjelaskan, terdengar Kushina hanya bergumam mengiyakan. Naruto memilin bibirnya, merasa resah entah kenapa.
"Ibu baik-baik saja? Bagaimana liburannya?" Naruto bertanya, sudah lama ia tidak bertanya kondisi terakhir orangtuanya. Mereka hanya sibuk menghabiskan masa pensiunan yang indah dengan sifat kekanak-kanakan mereka.
Kushina menghela napas di sebrang. "Sudah ya, Ibu tutup."
Lalu sambungan terputus begitu saja. Naruto termenung menatap ponselnya yang berkedip setelah telepon tertutup, ia menghela napas dan memasukan ponselnya ke saku dalam jasnya. Naruto tiba-tiba merasa khawatir, apakah ada kesalahan yang ia perbuat sampai harus mendapatkan sifat dingin yang jarang mencuat dari Ibunya itu? Naruto memegang keningnya, rasa pening menyerang.
"Kau istirahat saja dan urus lebam di tanganmu itu, atau urus masalahmu dengan Hinata." Shikamaru memasuki ruangan Naruto, lelaki berambut pirang itu menghela napas.
"Tidak apa, aku tidak mungkin melimpahkan semua pekerjaanku padamu. Kau bisa kewalahan." Naruto menolak, Shikamaru menghela napas.
"Kali ini saja kau bisa rehat sejenak, kau tahu, kita berdua sejak dulu selalu bekerja keras dan kau mendominasi. Tidak masalah jika kali ini kau ingin rehat, masalahmu sedang saling berbenturan sekarang. Kau harus menyelesaikannya satu-persatu. Aku juga sangsi, kau bisa konsentrasi dalam bekerja jika kepalamu hanya berisi Hinata." Shikamaru duduk di kursi yang bersebrangan dengan meja kerja Naruto di kantor. Naruto terlihat makin kacau dan lelaki yang biasanya selalu tampil rapih dengan kemeja licin dan jasnya, sekarang terlihat acuh tak acuh pada penampilannya. Bahkan Naruto tidak masalah ketika tak mengenakan dasi, jasnya di sampirkan di kursi, tidak merasa perlu mengenakannya.
"Shika, kau sudi mengurus kerja-samaku dengan Shion? Aku sangsi dengan hal itu." Naruto berujar pelan, Shikamaru kontan mendengus kasar.
"Jika aku sebagai temanmu, aku tidak sudi bahkan tidak akan pernah menyambut baik. Tapi aku sekarang berdiri sebagai sekretarismu, jadi, aku bersikap sebagaimana mestinya. Aku juga ingin memperhitungkan, apa rumah mode wanita itu cukup layak untuk menjadi bagian dari Namikaze Company."
"Nilai-lah, aku serahkan padamu. Jika tidak menguntungkan untuk perusahaan, kau bisa batalkan atau beri uji coba terlebih dahulu. Aku melepaskan keputusannya padamu." Perkataan Naruto membuat Shikamaru tertawa pendek. Naruto sudah kepalang pusing dan semuanya jadi cukup runyam di kepalanya, tak ada satupun yang bisa lelaki itu fokuskan.
***
"Apa yang sedang kau cari?" Shikamaru menaikan sebelah alisnya ketika memerhatikan mata ungu tua Shion yang bergerak ke sana ke mari seperti mencari seseorang di ruang kerja Naruto. Shion tersenyum dan berdehem, lalu menggeleng pelan. Shikamaru yang menduduki kursi kebesaran Naruto mengejutkan Shion ketika wanita itu datang mengunjungi Naruto di kantornya.
Shikamaru mendengus pelan lalu membolak-balik proposal yang baru di berikan Shion pagi ini, isinya seperti replika dari proposal Hinata dengan rumah modenya. Wanita di depannya ini benar-benar menghilangkan kreatifitas dirinya sendiri, mengapa harus terlihat sama persis? Apa Shion kehilangan konsep? Jika saja Naruto tidak sedang dalam keadaan buruk, Shikamaru peduli setan dengan kerja-sama ini. Yang rasa-rasanya seperti cara terselubung untuk membuat wanita itu kembali mendekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUPERNOVA [END]
RomanceMenurut Naruto, Hinata tidak lebih dari wanita menyebalkan yang selalu merepotkan perihal estetika. Menurut Hinata, Naruto tidak lebih dari lelaki work holic yang kinerja hidupnya mirip seperti robot. Pertentangan ke duanya seperti ledakan di angkas...