005

6.1K 378 14
                                    

"Bang Fatah baksonya make bihun apa mie kuning?"

"Make indomie."

Setelah Sultan pergi untuk memesan bakso, Fatah sibuk bermain handphone, scroll TikTok. Kadang-kadang, dia ikut bernyanyi ketika lagu yang diketahuinya lewat di fyp. Tanpa disadari, suaranya terlalu keras hingga menarik perhatian beberapa pembeli lain yang melirik ke arahnya. Bukannya protes, mereka justru menikmati suara Fatah yang cukup enak didengar.

Tadi tuh Fatah lagi enak-enak rebahan, mumpung dia bolos sekolah jadi dua berencana ingin bermalas-malasan aja di rumah. Namun, setelah sholat maghrib, Sultan dengan tegas langsung masuk ke kamarnya, mengajak Fatah untuk makan bakso dari Pak Dul, penjual bakso langganannya.

Awalnya Fatah mau nolak, tapi Sultan memaksa ingin menyeret dia yang masih mengenakan sarung sehabis sholat. Terpaksa, Fatah setuju untuk menemani Sultan makan bakso. Setidaknya, dia bisa berganti baju terlebih dahulu daripada harus makan bakso hanya dengan mengenakan kaos dan sarung yang terlihat seperti mau ngeronda.

Sedang asyik scroll TikTok, tiba-tiba ada notifikasi muncul di layar ponselnya. Fataj sedikit bingung ketika melihat nomor yang tidak dikenal mengirim pesan padanya.

+62xxxx
Save gua ya

Siapa?

+62xxxx
Gilang

Anda telah memblockir nomor ini

Fatah misuh-misuh dalam hati, wajahnya cemberut kesal. Dari mana orang itu mendapatkan nomernya?

"Nih bakso lu bang." Sultan datang, meletakan semangkok bakso di hadapannya. "Lu kenapa misuh-misuh aja?" tanya Sultan saat sudah mengambil posisi duduk berhadapan dengan Fatah.

Fatah yang ditanya tidak menjawab, tangannya lebih dulu meraih segelas es teh yang Sultan bawa, kemudian langsung meminumnya.

Melihat semangkuk bakso dengan Indomie yang mengeluarkan asap harum berhasil membuat Fatah melupakan kekesalannya. Tanpa menunggu lama, dia segera memakannya setelah berdoa.

"Tadi aja gak mau gua ajak kesini, tapi sekarang malah elu yang napsu banget makannya."

Fatah melirik sinis, mulutnya penuh dengan mie sampai menggembung. "Bacot ah, udah bagus gua temenin lu," sarkasnya menjawab bacotan Sultan.

Sultan diam. Dia menyadari bahwa cowok yang lebih tua darinya itu sedang kesal. Entah apa alasannya, tapu Sultan memilih untuk tidak menanyakan apapun untuk sekarang.

Fatah dan Sultan kompak menoleh saat merasakan ada seseorang yang duduk satu meja dengan mereka. "Lu berdua makan bakso gak ngajak-ngajak gua," protesan dilontarkan oleh Sagara saat dia sudah duduk di samping Fatah.

"Tuh gua diseret sama nih bocah nih," sinis Fatah menunjuk Sultan dengan dagunya.

"Lu gak pesen, Gar?" tanya Sultan sambil menuangkan saus sambal ke mangkuk baksonya.

"Bayarin gua lah, Sul," Sagara memelas berharap itu dapat mempengaruhi Sultan dan mau mentraktirnya, tapi sayangnya sebuah gelengan sebagai bentuk penolakan yang justru Sagara dapatkan. Hal itu sukses membuatnya kecewa. Terpaksa Sagara pergi memesan baksonya sendiri.

Dering handphone mengalihkan atensi Fatah dari semangkok indomie baksonya, dia mengangkat panggilan yang entah dari siapa itu dengan mulut membulat karena diisi bakso.

"Halo, siapa ya?" ucapan Fatah sedikit tak jelas karena teredam bulatan daging sapi yang ada di dalam mulutnya.

"Lucunya."

Be MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang