023

3.9K 254 5
                                    

Kantin sekolah sangat ramai dengan para siswa, begitu juga meja-meja tempat duduk yang penuh diduduki oleh mereka yang sedang menikmati jajanan yang berhasil mereka beli atau bekal yang mereka bawa dari rumah.

Fatah, Sagara dan Sultan mendapatkan tempat duduk tepat di meja yang paling pojok. Mereka jarang duduk disini karena memang jauh dari penjual yang membuat mereka harus sedikit berjalan jika ingin kembali memesan.

"Bang Fatah gak mesen?" tanya Sultan yang baru selesai menuangkan sambal pada baksonya. Fatah hanya menggeleng kecil. "Kenapa? Gua pesenin sini!"

"Gausah. Gua lagi gak napsu" Fatah menolak tawaran Sultan barusan.

Ketika mereka semua hanya diam menikmati makanan masing-masing, tiba-tiba seseorang meletakkan sepiring batagor di hadapan Fatah membuat mereka semua menoleh secara spontan.

Gilang adalah pelakunya. Dua diantara mereka menatap aneh ketika melihat seragam SMA yang Gilang kenakan. Sultan menyadari nametag bertuliskan nama Rian yang di bordir pada bagian dada di seragam itu.

"Loh Bang Gilang kok pake seragamnya Rian?" tanya Sultan menyuarakan rasa penasarannya.

"Iya pinjem" jawab Gilang yang cengengesan tak jelas. Dia menyodorkan piring batagor itu lebih dekat pada Fatah. "Nih dimakan!" titahnya.

"Gua gak mau"

Tidak menghiraukan Fatah yang menolak, Gilang menyendok batagor itu dan menyodorkannya di depan mulut Fatah yang tertutup rapat. "Ayo makan, buruan!" Gilang menyuapi Fatah secara paksa sampai sesuap batagor itu berhasil masuk ke dalam mulut Fatah.

Gilang menyapu bumbu kacang yang belepotan di sudut bibir Fatah menggunakan ibu jarinya. Setelah selesai, dia menjilat jempolnya sendiri tanpa merasa jijik.

Fatah melotot melihatnya. Berbeda dengan Sultan yang sudah membekap erat-erat mulutnya dengan kedua tangannya sendiri karena melihat hal itu.

"Mwaksa lu anjir!" protes Fatah tak senang dengan mulutnya yang penuh oleh batagor.

Gilang hanya terkekeh watados. "Eh gimana tawurannya? Nanti malem jadi?"

Kali ini Sagara yang mengangguk. "Jadi. Lokasinya di warkop yang ada di terowongan bawah lampu merah sana"

"Oh tempat biasa?" Sagara mengangguki pertanyaan Gilang. "Kumpul dimana? Pasukan gua udah siap"

"Di markas Sinister aja"

"Gak di Yoran aja biar lebih deket?" Gilang bertanya, tapi dia fokus untuk menyuapi Fatah lagi. Tidak ada penolakan untuk yang kedua ini, Fatah dengan suka rela membuka mulutnya.

"Tapi di Sinister lebih gede tempatnya buat kumpul tiga Geng. Udah mending kumpul di Sinister aja!" Fatah mengatakan keputusan akhirnya. "Sini! Gua bisa makan sendiri" Fatah merebut paksa sendok dari tangan Gilang.

Fatah hendak memakan batagor itu, namun tiba-tiba Gilang merebut suapan itu dengan paksa. Tangannya ditarik paksa untuk memberi batagor tersebut ke mulut Gilang.

Gilang tersenyum menang setelah berhasil mengunyah suapan batagor itu. Sedangkan Fatah merengut tak senang.

"Lu DM mereka, Gar?" tanya Sultan.

"Gak jadi. Kata Bang Fino rencananya ganti jadi kita yang nyerang mereka duluan" Sagara menjawabnya.

"Rencananya ganti? Si Fino itu anjing banget dah. Katanya dia udah punya rencana, kenapa sekarang ganti-ganti lagi? Ini sekarang dia dimana?" Fatah menggeram kesal. Tangannya mengenggam kuat sendok yang ada di tangannya.

"Kumpul yang waktu gua keserempet itu ya? Itu katanya ngebahas bukti-bukti gitu. Bukti apaan?" Sultan kembali menyuarakan pertanyaanya.

"Rekaman suara preman yang nyaksiin waktu Banu dikeroyok" Fatah menjawab.

Be MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang