024

3.7K 250 4
                                    

Pulang sekolah, Fatah berdiri sendirian menunggu Gilang di depan gerbang SMA. Seperti biasa dia bermain hp cukup lama, sampai ketika jam di ponselnya menunjukan pukul setengah tiga siang, dia mengalihkan fokusnya mencari sosok yang sedari tadi dia tunggu.

Bel SMK masih bisa terdengar dari tempatnya berdiri. Ramai siswa dari gedung seberang yang berjalan keluar.

Fatah memperhatikan setiap orang yang keluar dengan teliti, sampai matanya menemukan Gilang yang menjulang tinggi diantara kerumunan orang.

Gilang tersenyum dan melambaikan tangannya ketika padangan mereka bertemu. Dia sedikit berlari kecil ketika menuju ke arahnya.

"Lama ya nunggunya?" tanya Gilang. Dia merangkul pundak Fatah dan menuntunnya berjalan beriringan menuju tempat parkiran motor.

"Udah dari setengah jam yang lalu" Fatah menjawab.

"Lagian kenapa nunggunya disitu? Kan panas. Kenapa gak di warkop samping sekolah aja?"

"Nanti lu gak ngeliat gua terus gua malah ditinggalin" Fatah merengut kesal menatap Gilang yang justru terkekeh dan mencolek hidung Fatah lantaran gemas dengan ekspresi yang Fatah tunjukan.

"Mana mungkin gua ninggalin lu. Kesempatan bagus ini gua bisa boncengan sama orang yang gua suka"

"Emang lo kan tukang cari kesempatan" cibir Fatah.

"Ya kalo gebetannya secakep elu mah, emang harus sering-sering caper biar bisa dapet kesempatan"

Fatah tidak lagi membalas ucapan Gilang. Dia hanya berdecak dan membuang mukanya ke arah lain.

Gilang menuntun Fatah nenuju ke bawah pohon besar yang berada sedikit jauh dari tempat parkir. "Lu tunggu disini aja dulu biar gak kepanasan lagi. Gua ngambil motor dulu bentar. Tunggu ya!" Gilang kemudian berlari kecil menuju motornya.

Fatah bisa melihat Gilang dari tempatnya berdiri. Dia melihat ketika Gilang sempat menyapa dan tertawa kecil pada temannya.

Benar hanya sebentar karena sekarang Gilang sudah kembali lagi dengan membawa motornya.

"Ayo naik!" titah Gilang ketika sudah berhenti di depan Fatah.

Tidak ada perdebatan apapun kali ini, Fatah langsung naik keboncengan motor Gilang dengan suka rela tanpa paksaan. Hal kecil seperti itu sudah cukup membuat senyuman Gilang mengembang.

"Udah?" tanya Gilang memastikan Fatah duduk dengan benar dibelakang.

Fatah mengulurkan kedua tangannya untuk berpegangan pada pundak Gilang. "Udah ayo" jawabnya atas pertanyaan Gilang.

Senyum Gilang semakin lebar ketika dia menjalankan motornya pergi meninggalkan area sekolah.

"Kalo lo gua ajak pergi mau gak?"

"Hah?" tanya Fatah yang tidak bisa mendengar perkataan Gilang dengan jelas karena bisingnya angin dan juga suara dari kendaraan lain.

"Mau ikut gua pergi gak?" Gilang mengulangi pertanyaannya. Kali ini dengan sedikit lebih keras dari yang tadi.

"Mau kemana?"

"Jajan cilok"

"Oh gua pikir lo mau ngajakin makan pecel lele lagi kaya biasanya" sahut Fatah ringan.

"Lo bosen gak kalo gua ajakin makan pecel lele terus?" Gilang bertanya sambil sesekali matanya melirik Fatah dari spion motor. Gilang suka melihat setiap ekspresi yang Fatah buat ketika merespon obrolannya. Seperti sekarang, Fatah terlihat tengah menatap lurus kedepan dengan alis yang mengkerut bingung, lalu sesaat kemudian dia menggelengkan kepala, sehingga rambut yang sudah berantakan karena tertiup angin semakin bergerak rusuh mengikuti pergerakan kepalanya.

Be MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang