006

5.5K 344 0
                                    

"Fatah!" Langkah Fatah justru semakin cepat setelah mendengar panggilan itu, membuat Gilang juga semakin cepat mengejarnya. Saat jarak mereka memungkinkan, dia meraih tangan Fatah. "Tunggu anjir!" sentak Gilang.

"Mau lu tuh apa sih anjing?" Fatah menepis genggaman tangan Gilang.

"Gua mau deket sama lu doang emang kenapa sih?"

"Gua gak mau deket sama lu karna lu tuh homo. Denger ya! Gua tuh masih lurus, kalo lu mau ngehomo sama yang lain aja sono! Jangan sama gua!" Ucap Fatah kesal. Dia menatap tajam lawan bicaranya, nadanya terdengar meninggi seakan menegaskan setiap kalimat yang dia ucapkan.

"Gua gak homo," sangkal Gilang mengoreksi ucapan Fatah.

Fatah mendengus. "Gak homo? Eh lu bilang lu mau pacaran sama gua aja itu udah aneh banget, ditambah malem itu lu nyium gua. Lu inget gak? Emang brengsek lu," Fatah melanjutkan luapan emosinya.

Gilang menghela nafas, dia bingung bagaimana cara menjelaskannya. Malam itu dia hanya refleks, gak tau setan darimana dia ngerasa badannya bergerak sendiri saat melihat bibir semerah cherry itu terus bergerak mengeluarkan segala umpatan kesalnya. Mungkin jika saat ini mereka sedang tidak di parkiran yang berada di pinggir jalan raya dia juga akan kembali melakukan hal yang sama.

"Buat ciuman itu gua minta maaf, tapi buat apa yang gua ucapin itu gua serius. Gua gak homo, gua cuman suka sama lu, sebelumnya mantan gua cewek semua, lu bisa tanya sama semua temen gua!"

"Iya cewek semua itu yang temen lu tau kan? Yang temen lu gak tau? mana ada homo diumbar-umbar," ucap Fatah terdengar sangat pedas seperti emak-emak yang suka ngerumpi di tukang sayur.

"Serius anjing, gua gak pernah sama cowok lain. Coba bawain satu cowok paling cakep suruh bugil depan gua sini, gua gak bakalan engas anjir, itu cuman lu," ucap Gilang berusasa meyakinkan.

Fatah bersedekap tangan di depan dada, dia menatap Gilang dengan begitu sinis. "Karna lu begitu sama gua doang mangkanya gua gak mau deket sama lu. Lu bisa sama cewek kan? Yodah sama cewek aja gosah sama gua! Masih banyak cewek yang cantik, kenapa lu malah suka gua sih anjir? Sakit ya lu?"

"Denger ini!" Gilang sedikit mencondongkan tubuhnya mendekat ke telinga Fatah. "Gua suka lu, gua maunya itu lu, gak perlu alasan. Dan gimanapun caranya gua bakal dapet apa yang gua mau, termasuk lu," bisiknya membuat Fatah merinding.

Dengan cepat Fatah sedikit mendorong tubuh Gilang menjauh. "Wah beneran udah sakit sih lu, gws deh." Setelah mengatakan itu Fatah pergi mengambil motornya, kemudian pergi meninggalkan tempat itu.

Gilang masih setia berdiri disana, menatap kosong Fatah yang sudah pergi. "Kayanya gua beneran udah gila," gumamnya setelah memikirkan kembali apa yang baru saja dia katakan.

"Bang kita mau balik?" Gilang menoleh kesamping ketika merasakan tepukan di pundaknya. Dia hanya mengangguk menjawab pertanyaan dari Rian.

________________

Fatah mendudukan dirinya dengan kasar di sofa. Dia melarikan diri ke markasnya berharap disini dia bisa menenangkan diri dan melupakan rasa kesalnya.

"Kenapa?" tanya Fino yang sedang sibuk bermain game online di ponselnya.

"Tadi ada orang ngeselin banget kaya anjing. Fuck lah kesel," keluhnya frustasi memikirkan kejadian tadi. Entah kenapa setiap dia melihat Gilang bawaannya emosi terus. Fino tidak lagi menanggapi dan membiarkan Fatah ngedumel sendiri meluapkan rasa emosinya, dia tidak mau terlalu ikut campur.

"Gengnya si Devon mau nyerang," ucap Fino saat dirasa Fatah sudah cukup tenang untuk bisa mencerna info yang dia berikan.

Fatah yang tengah merengut kesal langsung memfokuskan perhatiannya ke Fino. "Gengnya Devon? Alter maksud lu?" tanyanya memastikan nama geng yang Fino maksud itu sama seperti yang dia pikirkan. Raut wajahnya berubah menjadi serius saat dia melihat Fino mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaannya. "Kapan dia mau nyerang?"

"Kata Sagara nanti malem jam sebelas, ketemuan di jalan xx kaya biasa, mereka gabungan anak BM sama Drizen," jelas Fino tanpa mengalihkan atensinya dari game yang sedang dia mainkan.

"Banyak dong? Kita butuh sekutu juga kalo gitu."

"Tenang! Gua udah konfirmasi geng Yoran sama Zero buat bantu."

Fatah mengernyit dengan pernyataan Fino. "Yoran? Yang ketuanya Gilang?" Perubahan ekspresi kembali terjadi saat dia sekali lagi mendapat anggukan sebagai jawaban atas pertanyaannya. Wajahnya terlihat datar. Sialan, berarti nanti dia bakal ketemu Gilang dong? Fatah jadi frustasi sendiri.

"Lu gausah ikut kalo lu males ketemu dia, biar gua aja!"

Fatah sempat terkejut karena Fino bisa menyadari kegelisahannya, tapi karena ini Fino jadi dia tidak terlalu kaget, Fatah sudah terbiasa. "Gak bisa. Gua tetep ikut, tapi gua gamau sampe ketemu dia." Oke berarti nanti dia hanya perlu menghindari Gilang doang kan? Gampang. Tawuran itu rusuh jadi kemungkinannya kecil dia bertemu Gilang di tengah ramainya orang. "Semua udah beres Fin?" tanyanya lagi.

Fino lagi-lagi mengangguk. "Kita tinggal jalan."

"HALO EVERYBODY, ORANG GANTENG INI BAWA MAKANAN."

"SULTAN BERISIK ANJIR LU!" sahut Fatah yang risih dengan suara berisiknya Sultan. Padahal, Fatah sendiri juga ikut teriak-teriak, membuat keadaan semakin berisik.

Ya, rasanya tidak mungkin jika di markas Sinister tidak ada teriakan dari mereka berdua. Sepertinya perlu menunggu keajaiban dulu baru hal tersebut mungkin terjadi.

Setelah selesai dengan adu mulutnya dengan Fatah yang memakan waktu beberapa menit, Sultan mengeluarkan bungkusan dari dalam kantong plastik yang dia bawa. "Nih bang Fatah tadi indomie bakso lu belom abis tuh jadinya gua bungkus." Lalu dia mengeluarkan satu bungkusan lagi. "Ini buat bang Fino, nih ambil bang! Bakso pake mie kuning, gak pake sledri, terus udah gua mintain kerupuk pangsitnya juga tuh." Dia menyodorkan bungkusan itu kedahadapan Fino.

Fino langsung mematikan ponselnya, beralih menerima bungkusan yang Sultan berikan. "Makasih," ucapnya.

"Sama-sama," balas Sultan dengan ceria. "Nih buat yang laen kalo mau langsung ambil sendiri aja nih! Kalo kurang gua mohon maap ya, soalnya tadi info dari Aksa katanya cuman 20 orang yang lagi ada di markas." Tidak perlu waktu lama bungkusan yang tadi Sultan bawa sudah di kerubungi oleh anggota Sinister yang lain.

"Bang, katanya nanti mau tawuran lagi?"

Karena Fino tampak tidak berminat untuk menjawab akhirnya Fatah yang meladeni pertanyaan Sultan. "Iya," jawabnya singkat diselingi menyuap bakso.

"Sama siapa?"

"Geng Alter."

Sultan menghela nafasnya. "Dulu tuh masalah kita sama mereka tuh apaan sih? Kayanya gak abis-abisnya nih tawuran," ucapnya heran.

Fatah tidak lagi menanggapi perkataan Sultan. Menurut ingatannya, masalah antara Sinister dan Alter bermula ketika Devon, ketua geng Alter, merasa bahwa Sinister—yang pada saat itu masih merupakan geng kecil yang baru saja terbentuk, berencana merebut wilayah kekuasaan mereka.

Setidaknya, begitulah yang ia ketahui. Tidak jelas apa alasannya dari pihak lain, tapinyang pasti, Sinister tidak pernah berniat menyerang markas Alter lebih dulu. Selalunya Alter yang menyerang mereka duluan.

"Sultan, lu jangan ikut tawuran!" Fino bersuara, membuat Sultan terlonjak dari lamunannya.

"Dih? Apa-apaan lu? Gak bisa begitu ya, gak ada alesan logis lu larang gua jadi gua bakal tetep ikut. Lu gak bisa larang-larang gua tanpa alesan." Setelah mengatakan itu dia beranjak pergi dari sana. Pandangan Fatah bergulir mengikuti tubuh Sultan yang berjalan pergi.

Be MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang