019

4.2K 269 6
                                    

Hari ini, Fatah, Sultan, Sagara, dan beberapa anak Sinister berencana untuk menonton film di bioskop. Mereka telah sampai di dalam mall dan tinggal berjalan menuju ke bioskop yang terletak di lantai tiga bangunan tersebut karena tiket sudah di beli dari situs online. Mereka saling melemparkan candaan sepanjang perjalanan. Setiap lelucon diikuti dengan tawa yang keras, sehingga menarik perhatian beberapa orang.

Meski banyak orang yang memperhatikan, mereka tidak perduli dan tetap bercanda, karena Fino tidak ada untuk menghentikan. Mereka terus mengobrol dengan penuh tawa hingga akhirnya tiba di depan pintu teater yang akan mereka masuki.

"Loh, Fatah?"

Fatah menoleh mendengar ada orang yang berbicara padanya. Tanpa perlu melihat, Fatah sudah tahu siapa orang tersebut. Benar saja, di tengah kerumunan orang, dia melihat Gilang berdiri di belakangnya.

"Lu kayaknya ada di mana-mana ya? Jangan-jangan lu ngikutin gua?" Bukan Fatah yang mengatakan itu, tapi Sultan yang bicara pada Rian yang berdiri di samping Gilang.

"Kepedean banget lu jadi orang. Gua aja enek banget ngeliat muka lu mulu" ejek Rian membalas perkataan Sultan.

Sultan kesal mendengarnya, apalagi melihat Rian yang seperti sedang menantangnya dengan angkuh. Namun, baru selangkah dia bergerak maju, tubuh besar Gilang sudah berdiri menutupi Rian.

"Udah kenapa sih! Ini di mall," geram Gilang memperingati Rian.

"Mampus lu diomelin," ejek Sultan yang senang melihat Rian yang tidak bisa berbuat banyak.

"Sultan!" tegur Fatah dengan tegas, juga memperingatkan Sultan. Sultan mundur dengan wajah cemberut yang kemudian merangkul lengan Sagara.

"Lu mau nonton film ini juga?" tanya Gilang pada Fatah.

"Iya. Jangan bilang lu juga mau nonton ini?" kata Fatah memicing curiga.

Gilang mengangguk sambil terkekeh. "Iya, gua juga mau nonton film ini. Nih gua baru aja beli tiketnya. Bisa pas banget begitu ya? Apa ini yang namanya jodoh?"

"Idih, najis banget dah lu, Lang," ejek Argam yang sedari tadi abai.

"Tuh tanggapan gua udah diwakilin sama temen lu" kata Fatah.

Gilang hanya tertawa singkat. "Ya yaudah ayo masuk!"

Mereka masuk ke dalam ruang teater. Tidak ada yang berbicara karena Fatah sibuk mencari kursi tempat mereka duduk. Matanya memeriksa satu persatu nomer yang ada di tiap bangku dengan teliti, sementara anggota Sinister yang lain mengikuti dibelakangnya. Fatah berhasil menemukan kursi dengan huruf C yang berurutan dari nomor 10 hingga 16. Satu persatu dari mereka mulai duduk di kursi itu dimana Fatah duduk di bangku nomer 15 dan Sultan disebelahnya.

"Lah ini kita duduknya sebelahan?" Gilang terkekeh dan duduk di bangku nomer 17.

Sultan yang hendak duduk mendapatkan sebuah ide. Dia menyenggol Gilang dan berbisik, "Bang, mau tukeran tempat duduk gak?"

Mendengar itu, Gilang dengan antusias mengangguk. Mereka bertukar tempat. Gilang duduk di bangku Sultan, sementara Sultan duduk di bangkunya yang bersebelahan dengan Rian.

"Kalo nanti pas lagi nonton lu berani ganggu gua, bakal gua patahin leher lu begitu kita udah keluar! Awas aja!" ancam Sultan dengan serius pada Rian.

"Siapa juga yang mau gangguin lu, dih. Pede banget!"

"Ya bagus kalo gitu. Duduk diem aja disitu, anggep kita gak kenal!"

Berbeda dengan Fatah disebelah mereka yang memandang Gilang dengan heran.
"Ngapain tukeran?"

Be MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang