027

3.9K 259 3
                                    

Fino sudah menjelaskan kalau ini semua adalah rencananya, bahkan Fatah yang masuk rumah sakit juga termasuk ke dalam rencana yang dia buat. Tapi memang yang seharusnya terluka adalah Fatah bukan Gilang.

Gilang terlihat kesal ketika mendengar rencana Fino yang membiarkan Fatah terluka. Berbanding terbalik dengan Fatah yang tampak biasa saja mendengar penjelasan dari Fino, karena memang dia sudah terbiasa dengan jalan pikir Fino yang sulit dimengerti. Lagi pula Fatah merasa masih bisa menangani jika memang dia yang harus terluka.

"Terus geng Astral itu gimana? Bubar?" tanya Sultan.

Fino menggeleng. "Sayangnya enggak–"

"Loh terus?" celetuk Sultan memotong ucapan Fino.

"Ketuanya berhasil lolos pas dikejar polisi, tapi Damar berhasil di tangkep. Prosesnya bakal diurus biar dia bisa dijeblosin ke penjara karena ngebacok Gilang sampe masuk rumah sakit. Besok bang Fino bakal urus laporannya ke polres" Kali ini bukan Fino yang bicara melainkan Sagara.

"Dan yang ngebunuh Banu itu bukan Sagara, tapi Anggo sama Damar. Menurut gua motif mereka ngelakuin itu buat nyerang Sinister tanpa harus turun tangan langsung," tambah Fino sambil melirik Noval yang berdiri di dekat Devon, seakan mempertegas bahwa bukan Sagara yang membunuh temannya.

"Jadi?" tanya Fatah meminta kesimpulan dari semua penjelasan tersebut.

"Damar bisa dipenjara atas tuduhan pembunuhan berencana dan aksi tawuran yang memakan korban. Gua gak terlalu ngerti, tapi bokap gua punya orang yang bisa gua mintain tolong. Astral belom bubar karena ketuanya masih bebas, tapi bisa gua pastiin mereka gak bakal ganggu Sinister atau sekutu kita lagi" jelas Fino memberikan kesimpulan.

"Terus gimana sama Alter? Jadi mau bubar?" tanya Fatah menatap pada Devon.

Semua atensi semua orang di dalam kamar itu beralih fokus menatap Devon. Ditatap seperti itu oleh semuanya membuat Devon menjadi gugup dan mulai melakukan kebiasaannya memilin ujung baju yang dia kenakan untuk menyalurkan rasa gugup.

Arson peka terhadap gestur tubuh yang Devon lakukan. Dia juga mengerti bahwa semua orang menunggu Devon membuka suara, maka dari itu Arson membawa tubuh kecil Devon ke dalam rangkulannya. Kemudian, tangannya merambat naik untuk mengusap pucuk kepala Devon.

Devon mendongak, menatap Arson dengan mata bulatnya yang mengkilap penuh binar. Baru setelah itu menatap Fatah yang masih menunggu jawabannya. "Gue bingung.." cicit Devon.

"Bingung kenapa?" tanya Sultan yang tidak mengerti.

Devon menggeleng. "Gatau bingung aja. Gue udah ngobrol sama Arson dan gue ngerasa gak bisa ngambil tanggung jawab mimpin Alter. Gua gak cocok jadi ketua." Devon menunduk dan semakin merapatkan diri pada Arson. "Tapi...gue juga gak mau Alter bubar" lanjutnya lagi dengan nada sedih yang kentara.

"Kenapa gak Noval aja yang jadi ketua? Atau Yasa?" tanya Sagara.

"Gak" Dengan cepat Noval menyergah. "Setelah ngeliat giaman Fatah mimpi. Sinister, gua juga ngerasa gak pantes jadi ketua. Takutnya nanti Alter malah jadi makin gak bener kalo gua yang mimpin"

"Gua mau" Secara serentak, seluruh mata langsung tertuju pada Yasa. "Gua mau jadi ketua Alter asalkan Sinister jadi sekutu kita" kata Yasa mencoba untuk bernegosiasi.

Noval menarik pelan lengan Yasa supaya menghadap dirinya. "Lo yakin mau jadi ketua? Bisa emangnya?" tanyanya dengan ragu.

Yasa tersenyum. "Bisa kalo bareng sama lo. Nanti lo bantuin gua ya. Lagian kan ada Devon juga yang bakal bantu–"

"Devon gak akan terlibat sama hal beginian lagi" Arson berseru mengintrupsi.

"Arson!" sentak Devon yang langsung memprotes perkataan Arson dengan cepat.

Be MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang