Happy Reading
Pagi hari yang tidak indah seperti biasa. Fajri dilanda pikiran berat sampai semalaman baru saja bisa tidur pukul tiga dini hari. Sekarang kepalanya terasa pening, kedua kantung matanya sedikit hitam. Hari ini ada turnamen basket babak ke dua, entah nasib sekolah mereka seperti apa nanti.
Zweitson sudah pergi ke sekolah pagi-pagi sekali. Bahkan sebelum Fajri dan yang lain bangun, Fajri menganggap mungkin Zweitson memang sedang menjauhinya sekarang. Fajri membuang napas jenuh, memasukkan buku-buku pelajarannya ke dalam tas dengan tidak bergairah.
"Fiki, tali sepatu kamu." Fiki yang baru saja ingin beranjak kembali menunduk, melihat tali sepatunya yang terlepas.
Disaat seperti ini pun, mata Fajri masih memperhatikan mereka seperti biasa. Gilang masih menghabiskan sarapannya, Fiki harus pagi-pagi sekali berangkat karena memang anak osis. Apalagi acara belum selesai selama beberapa hari ini, menjadikan anak itu sibuk.
"Jangan lupa sarapan." Fajri menyodorkan satu kresek kecil pada Fiki yang langsung diterima sang empu. Ia melihat ada satu roti dan air mineral.
"Makasih Fajri. Aku berangkat duluan," pamit Fiki berlalu begitu saja dengan tergesa-gesa.
Jalanan yang sepi, ditambah angin sepoi-sepoi yang menyapu beberapa dedaunan kering berserakan lalu terpojok diujung pembatas trotoar. Kedua tungkai Zweitson berjalan dengan santai, kedua telinganya tersumpal earphone. Menikmati alunan lagu dengan khidmat.
Kedua lensa kacamatanya terasa berembun, hawa yang lumayan dingin pagi ini. Kedua tangannya ia masukkan ke dalam saku jaket, menatap lurus jalanan dengan pandangan biasa.
"Zweitson, anak kelas Mipa 1 'kan?"
Langkah Zweitson tiba-tiba saja dibuat berhenti oleh seseorang yang memakai seragam sama. Rupanya itu Ajun, anak kelas ips sekelas dengan Fiki dan Gilang. Zweitson melepaskan benda yang sendari tadi tersumpal di telinganya. Menunggu Ajun melanjutkan perkataannya yang sempat tertunda.
"Titipan dari Fajri." Ajun, menyodorkan satu kotak Tupperware orange kepada Zweitson.
Dijalan tadi, Fajri bertemu dengan Ajun. Memang, mereka sudah dekat dari lama, masa MPLS dulu mereka dekat, hanya dipisahkan oleh keberadaan kelas yang berbeda saja. Karena Fajri yakin Zweitson tidak akan menerima sarapan darinya, ia menitipkan itu pada Ajun.
"Duh lama, aku buru-buru." Ajun langsung meraih tangan Zweitson lalu menggayuh sepedanya dengan cepat.
Cukup lama Zweitson terdiam yang pada akhirnya ia kembali melanjutkan perjalanan menuju sekolah.
***
"AJUN IH!" Fiki berteriak nyaring ketika Oliv terlihat tengah berbincang-bincang dengan Ajun. Ketua kelas mereka yang menyebalkan.
Perbincangan mereka hanya seputar organisasi yang mereka ambil saja, tidak lebih. Dasar Fiki, gantungi perasaan orang, tapi diambil orang tidak mau.
"Ngobrol apaan kalian," semprot Fiki berdiri disamping Oliv.
"Apa sih piki gak jelas," balas Ajun berlalu begitu saja.
"MAKANYA FIKI BURUAN ITU SI ONTEL-ONTEL LO TEMBAK, JADIIN CRUSH AJA SIH LO. DI AMBIL AJUN MAMPUS!" teriak Gilang semakin mengompori.
"Ajun lebih cakep dari lo, gue akui sih," tambah Gilang tanpa melihat pada Fiki, lantaran anak itu tengah pokus pada game diponselnya.
"Diam kamu Gilang jelek!"
Fiki merengut tidak jelas. Apalagi ketika crush kesayangannya dikatai ontel-ontel oleh Gilang, cantik baik hati, tidak sombong dan rajin menabung seperti itu, Fiki menilai mata Gilang itu bermasalah. Dan satu lagi, Gilang malah membandingkan ketampanannya dengan Ajun yang jelas-jelas berbeda lah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARBOR Vi [End] || Un1ty
Novela JuvenilFajri tidak pernah menyangka, jika semua akan berakhir pada masanya. masa yang sulit, membuat dirinya tidak ingin bangkit. Sebuah konflik yang datang, menerjang kapal yang sedang berlayar. diterpa badai dan lautan yang berakhir tenggelam. Fajri ||...