Akhir☁

177 24 5
                                    

Happy Reading





Seperti yang kalian tahu, Arbor vi yang artinya persahabatan sesungguhnya. Kini mereka benar-benar menemukan arti sebenarnya, persahabatan, teman, masa-masa bersama. Semua mereka lewati, dan mereka sadari itu sebuah hal yang teramat berharga.

Hari Minggu yang cerah, Thera dan Lita sudah bersiap menunggu yang lain di halte seperti biasa. Keputusan yang mereka ambil kemarin malam sudah disetujui yang lain, semalam. Di grup yang mereka buat, membahas tentang liburan hari Minggu yang akan mereka rencanakan. Dan hari ini telah tiba.

Mereka akan pergi menuju tempat perkemahan yang tak jauh dari daerah sini. Katanya, mereka ingin melepas penat mereka dengan berlibur disana, membuat tenda, memasak bersama, dan malamnya menikmati api unggun yang mereka buat.

Sebenarnya penilaian akhir tahun 1 Minggu lagi,  mereka diberikan hari libur untuk mendinginkan otak. Dan, keenam remaja itu ingin membuat kenangan manis, dengan berkemah ditempat yang sudah mereka pilih. Itung-itung kencan ganda juga sepertinya, Lita dan Zweitson, Fajri dan Thera. Kurangnya Oliv yang tidak ikut dengan Fiki.

"Ah, Soni!" Lita berteriak sambil melambaikan tangan. Thera ikut melihat ke arah Zweitson yang sedang berjalan bersama Fajri dan kedua temannya.

"Cuaca memang panas, tapi ini masih pagi. Pasti dingin." Zweitson berucap sambil melepaskan jaket abu-abu miliknya, memberikannya kepada Lita yang hanya menggunakan kaos lengan pendek saja.

"Ahh iya Soni, sini-sini aku bawa sesuatu." Lita buru-buru menarik tangan Zweitson untuk duduk bersamanya.

Thera menghampiri Fajri yang tengah tersenyum kearahnya, tentu saja Thera membalas itu. Thera melingkarkan tangannya pada pinggang Fajri, membuat Fiki iri dengki melihatnya.

"Ah ayang Oliv enggak mau diajak kemah sih, kan enggak bisa pamer juga, biar keliatan banget Gilang jomblo nya," kata Fiki sambil menghentakkan kakinya diatas trotoar dengan kesal.

"Yeuu upil onta, gue gaplok juga pala lo!"

Beberapa hari sudah mereka jalani, memang tidak terasa. Mereka melewati sulitnya masa remaja, lalu dikuatkan kembali oleh keadaan yang membuat mereka kini tertawa dengan lepas. Merasakan kebahagiaan sesungguhnya.

Bahagia itu memang sudah ada masanya...

Tidak memakan waktu lama memang, hanya dua puluh lima menit saja diperjalanan, mereka berjalan menuju pintu utama yang disambut oleh dua penjaga  disana, mengisi segala identitas dan ada keperluan apa untuk kemari.

Dua orang penjaga itu sempat berpesan, karena dua hari ini ketika malam selalu diguyur hujan, maka jalanan didalam sedikit licin. Apalagi dibawah ada danau yang luas, namun cukup indah jika dilihat. Sebelah kanan terdapat air terjun yang memang terjal sekali, dan tempat lainnya begitu strategis.

"Hah, gue males bangun tenda nya. Mau langsung nikmatin aja gitu," kata Gilang melepas ranselnya yang begitu berat. Merenggangkan otot-otot tangannya dengan mengangkat tangan tinggi-tinggi ke udara.

"Enak banget kalau ngomong," balas Fiki. Walau sebenarnya ia ingin berkata hal yang sama dengan Gilang.

"Biarin aja, nanti Gilang suruh tidur diluar aja," tambah Fajri menimpali.

Gilang mendengkus kesal. Ia ogah-ogahan bangkit dan mulai membangun tenda, untuk tempat tidurnya malam nanti.

"Son, masak aja. Kita dari pagi belum makan, Lita bantuin gih," titah Fajri. Tentu saja hal itu langsung disetujui oleh Zweitson apalagi Lita yang sangat antusias membuntuti Zweitson.

"Enak ya kalau kemah sekolah gini, tempatnya bagus, kayu bakar udah deket, beuh satu Minggu pun aku rela." Fiki mengoceh sambil membantu Gilang mendirikan tenda. Yang lainnnya hanya menyimak saja.

ARBOR Vi [End] || Un1ty Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang