Hay gays, sebelum di baca jangan lupa di vote dan di komen yah.
Semoga suka.
*Happy reading*
___________________"Jujur aja kamu kan yang nyuri emas saya" Yuna menggeleng kuat, hatinya nyeri saat tau kedua orang itu menjemputnya karna berfikir dia lah yang mencuri barang milik mereka.
"Percaya sama aku Pa. Hiks, bukan aku pelakunya hiks" air mata yang keluar dari mata cantik itu terus saja keluar dengan derasnya.
"Mana saya tau" Yuna menggeleng.
"Ma buka Yuna ma hiks" dia menatap ke atas di mana Mama dan Papanya berdiri melihatnya menangis dan terduduk di lantai.
"Kalau pencuri ngaku, penjara penuh" sindir mamanya.
"Tapi beneran bukan aku Ma" sahutnya membela diri.
"Yuna!" Dia terkejut saat Papanya membentaknya.
"Apakah sulit untuk mengaku. Saya tidak pernah mengajarkan kamu mencuri yang bukan milik kamu" Yuna hanya mampu menggeleng.
Saat ini kondisinya sudah tidak karuan, wajahnya merah padam, matanya bengkak akibat air mata yang terus mengalir, bibirnya bergetar, merasakan sakit hati yang begitu dalam dari tuduhan Papanya
"Mas dia harus diberi pelajaran, biar gak ngulangin hal yang sama lagi" Ujar wanita yang dari tadi sudah bosan melihat keadaan Yuna.
Yuna menatap pasrah Papanya, masih berharap papanya mempercayainya. Namun, dia hanya mampu menunduk, memejamkan mata yang sudah tak sanggup menahan air matanya ketika Papanya malah mengangguk dan menyerahkan semua pada mamanya.
"Sini kamu!" mamanya menyeretnya seperti seorang anjing, ia hanya mengikuti tarikan yang mengarah ke gudang belakang rumah mereka.
"Jangan berharap kamu dapat makan dari saya" ujarnya setelah mendorong tubuh rapuh itu ke dalam gudang.
Brak.
Yuna hanya bersandar pada tembok gudang itu, menatap pintu dengan rasa sedih. Dia memeluk dirinya sendiri, hatinya hancur, batinnya berteriak tidak kuat.
" Yang kuat ya, ini akan segera selesai" ujarnya menguatkan diri dengan kata-kata yang selama belasan tahun ini menyemangatinya.
"Yuna," ucapnya miris, "kebenaran selalu ada, lo bener kok, bukan lo yang nyuri emas itu, gue percaya sama lo" semakin berkata tangisannya semakin deras.
Kenapa mereka selalu memperlakukannya seperti ini.
Dreet dreet dreet.
"Yeji?" Ucapnya melihat siapa yang menelfonya.
"Hallo Ji?"
'Yuna-, tolong gue' Yuna membulatkan matanya, suara Yeji bergetar di campur dengan suara tangis.
"Lo dimana?" Yuna langsung berdiri.
'Gue gak tau udah dimana'
"Yaampun Ji, lo shareloc sekarang juga ke gue, biar gue kesana"
'I-iya'
'Gue gue share, lo cepet datang ya, gue takut'
"Iya lo jangan kemana-mana"
Yuna menepuk jidatnya.
Yaampun cobaan apa ini, Bagaimana dia bisa kesana jika sekarang dia bahkan tak bisa keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Complicated Story
Teen Fiction"hanya sebuah kisah yang rumit, yang dia lewati dengan sebuah senyum indah." - Complicated Story