EP. 04 : KELAKUAN

29.8K 2.9K 42
                                    

PART 04

• • ๑ • •

Meskipun sudah menebak apa yang akan terjadi, tapi Erise tak menyangka akan secepat ini dia bertemu dengan Ibu dan adiknya. Dengan menebalkan hatinya, Erise turun dari mobil. Nega pun sama setelah pintu di bukakan oleh Tejo.

Begitu dirinya keluar bersamaan dengan Nega, Erise dapat melihat Jameta membelalakkan matanya sebelum kemudian wanita itu mengontrol ekspresinya menjadi tersenyum lebar.

"Kakak!" Jameta menyapa dengan senyum lebarnya. Erise mendekat sembari membalas tersenyum. Barulah sekarang Erise menyadari kalau senyuman Jameta itu sangat penuh kepalsuan, ekspresi Ibunya yang menatap sayang padanya pun membuat Erise muak melihatnya.

Tapi tak apa, Erise akan berperan dengan sangat baik seperti Ibu dan adiknya. Melihat dari mereka yang sering kali menipunya, pasti seru sekali memerankan peran palsu ini.

"Jameta, Ibu," Erise menyapa begitu sampai pada mereka. Wajah-wajah itu, Erise takkan melupakannya. Selisih umur Erise dan Jameta adalah tiga tahun, dan Jameta sekarang berumur 22 tahun.

"Ada apa gerangan Ibu dan Jameta berkunjung kemari?" Erise bertanya, matanya melihat lima koper besar itu. "Ah, kalian habis liburan dan semua koper ini berisi oleh-oleh? Atau kalian ingin pergi liburan dan berpamitan denganku?

Lihatlah sifat positif thingking yang dilakukan Erise saat di kehidupan dulu. Erise sedang mempraktekannya kembali sekarang.

Anjani sang ibu tak menjawab, wanita paruh baya itu menatap Erise penuh kasih. "Erise, apa kita bisa membicarakannya di dalam?"

Erise mengangguk, "Baik Ibu." Erise masuk pada pintu yang sudah terbuka, dia melihat pada suaminya yang berekspresi datar. "Mas duluan saja ke dalam dan tidurkan Gare," pesan Erise dan Nega mengangguk tanpa membantah.

"Pelayan, tolong bawa masuk semua koper ini," Anjani memberi perintah pada pelayan yang berdiri di samping pintu.

Erise menoleh menatap Ibunya, "Kenapa harus di bawa masuk Ibu? Bukankah nanti akan dikeluarkan kembali?" Sedikitnya dapat Erise baca kalau Ibunya tercengang mendengar jawabannya.

Dan saat melihat Ibunya akan membuka suara, Erise buru-buru menyela. "Biarkan koper itu di sana. Ayo masuk, kalian pasti lelah menunggu di luar," tanpa mau menunggu jawaban Ibunya, Erise masuk terlebih dahulu meninggalkan Jameta dan Ibunya.

Anjani dan Jameta bertatapan, Ibu dan anak itu memiliki pemikiran yang sama. Dengan senyum terpaksa, mereka masuk. Di pikiran mereka terdapat banyak umpatan yang ditujukan untuk Erise, sayang sekali mereka tak dapat mengungkapkannya karena sedari tadi Sekretaris Tejo menatap mereka lekat tanpa mengalihkan pandangannya.

"Sepertinya Ibu akan membicarakan hal penting," Erise berujar begitu duduk. Anjani dan Jameta turut duduk di seberang Erise.

"Benar," Anjani berujar serius. Erise diam menungggu untuk mendengar perkataan Ibunya.

"Erise, kami di usir. Bank menyita rumah kami siang ini, dan kami harus meninggalkannya." Anjani langsung berbicara pokok masalah, wajahnya terlihat sangat memelas tapi Erise tak akan tertipu.

Untuk menanggapi, Erise memasang ekspresi terkejut, "Bagaimana bisa? Aku sudah menitipkan setorannya pada Ibu," ujarnya. "Apa ibu tak menyetorkannya?"

HusbandyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang