EP. 21 : KELAKUAN

17.1K 2.1K 73
                                    

PART. 21

Hi, btw di Karyakarsa sudah sampai EP. 40 || Untuk pembelian kakoin mungkin bisa coba beli di KK versi web, di sana aku lihat harganya jauh lebih murah.

• • ๑ • •

"Gare ingin minum susu," bocah berumur empat tahun itu berujar dari gendongan Jim.

"Kan tadi sudah?" Sahut Jim, tapi tak urung dia mengikuti perintah Gare. Remaja pria itu pun melangkah menuju meja makan.

"Gare belum menghabiskannya," jawabnya dan segera turun ketika sudah sampai. Masih ada Erise duduk di sana ditemani Aya. Mereka telah menyelesaikan sarapan beberapa waktu lalu, orang-orang rumah kembali melakukan kesibukannya meskipun ini akhir pekan. Nega tak bekerja, dia dan Sekretaris Tejo di ajak oleh Sohee untuk bermain golf di halaman belakang. Tak lupa Aram yang merupakan asisten Sohee juga ikut bergabung.

Sedangkan Jon, pria paruh baya itu melakukan aktivitas rutinnya. Membaca koran, mengisi teka-teki silang, melihat berita seraya meminum teh, duduk bersantai di pagi hari adalah hal yang menyegarkan.

Pelelangan telah selesai, tapi mereka belum memiliki niat untuk pulang ke negara masing-masing. Sohee berencana disini untuk beberapa hari atau minggu ke depan, dia masih bingung tujuan negara selanjutnya yang harus dia datangi. Jon dan keluarganya mungkin akan menetap beberapa hari lagi sebelum lepas.

"Mama."

Erise yang baru bangkit dari duduknya menoleh pada sumber suara dan lantas tersenyum, tangannya terulur mengambil gelas dan memberikannya pada Gare.

"Keren sekali," Erise memuji ketika melihat penampilan anaknya. Baju dan celana olahraga pendek, jangan lupakan sepatu yang membaluti kaki mungil Gare.

Susu itu tandas, dan Gare tersenyum malu menanggapi pujian ibunya.

"Mau kemana?" tanya Erise, dia lalu mengalihkan pandangannya pada Jim yang berada di belakang Gare. Jim juga mengenakan pakaian yang serupa.

"Gare ingin lari pagi bersama Jim! Kata Jim kalau ingin tumbuh tinggi, harus minum susu dan olahraga. Gare sudah minum susu, tapi belum olahraga." Anak itu tampak bersemangat menjelaskan.

Erise tertawa kecil, lucu mendengar Gare berkata panjang dengan semangat. "Itu benar. Tapi Gare baru menyelesaikan sarapan tadi, ditambah minum susu. Sarapan tadi mungkin belum mencapai perut, jadi nanti Gare tidak boleh lari atau lompat-lompat ya?"

Raut tak paham tercetak pada wajah bayi itu, Gare sedikit cemberut ketika dia memahami sedikit perkataan Ibunya. "Gare ingin lari," ucapnya.

Menunduk untuk menyejajarkan dirinya dengan Gare, Erise tersenyum lembut. "Gare bisa lari, tapi mungkin setelah satu atau dua jam? Perut Gare masih penuh, jika dibawa lari itu membuat kepala pusing dan makanannya akan keluar lagi."

Raut cemberut Gare segera digantikan dengan ekspresi ngeri, "Muntah?" cicitnya dan Erise mengangguk. Anak itu secara reflek menutupi mulutnya dengan kedua tangan seraya kepalanya menggeleng.

Kengerian itu didapatkan dari pengalamannya ketika sakit, sesuatu menyengat bau kental dan berair keluar dari mulutnya. Gare tidak akan mau sakit lagi jika harus mengeluarkan itu. Tidak mau.

"Gare tidak akan muntah jika tidak lari kencang dan lompat-lompat, jadi jalan santai saja bersama Jim ya?" Dengan cepat anak itu mengangguk.

Tawa Jim tiba-tiba menguar, remaja pria itu tertawa melihat tingkah sepupunya. Jiwa jahilnya ingin sekali menakuti-nakuti Gare, tapi dia tak cukup tega ketika membayangkan anak itu nanti. Gare pasti akan trauma ringan.

HusbandyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang