EP. 25 : UNGKAPAN

16.2K 1.7K 111
                                    

PART. 25

Husbandy [Bagian 9] part 42-43 sudah UPDATE di Karyakarsa. Disarankan membeli koin lewat website, di aplikasi harganya lebih mahal karena pajak.

• • ๑ • •

"Jadi?"

"Maaf," ujar Vanessa pelan. Kepalanya menunduk, tak berani menatap Erise karena malu. "Aku minta maaf atas perilaku dan sikapku yang tidak menyenangkan padamu selama ini, terutama untuk seminggu yang lalu. Aku sadar itu sangat keterlaluan, padahal aku tidak mengenalmu dan tidak pantas untuk memberikan komentar." Dengan pelan Vanessa mengangkat wajahnya untuk menatap Erise.

Reaksi dari wanita itu di luar dugaan yang tidak pernah di harapkannya, Vanessa kira Erise akan sombong atau berbalik marah atau memaki-makinya, tapi Erise justru kini---tersenyum?!

Senyum itu terlihat sangat tulus dan lega, memang begitu sih sebenarnya. Erise lega Vanessa sepertinya tidak lagi dalam jeratan rasukan arwah gentayangan tukang hasut, tukang marah dan iri.

"Aku cukup mengerti kenapa kau bisa melakukan itu," ujar Erise membalas.

Vanessa meringis malu mendengarnya, dia baru sadar jika sifat dan sikap Erise sangat dewasa sekali. Erise memiliki value tinggi yang dibuatnya tanpa sadar. Kembali mengingat ke belakang, Vanessa juga baru menyadari jika Erise menanggapi perkataannya tidak dengan emosi. Jika iya, pasti akan membuat satu restaurant itu heboh. Mereka pasti akan di kenal dengan keburukannya. Erise mampu menjaga emosinya tetap stabil, menunjukan bagaimana kualitas dirinya.

Pantas saja. Itu bahkan mampu menjerat CEO Lim Group yang terkenal anti wanita.

"Dan aku sudah memaafkannya, itu bukan sesuatu yang harus di jadikan masalah." Lanjut Erise membuat Vanessa semakin malu.

Melihat tamunya diam dan tampak bergerak-gerak gelisah, Erise kembali membuka suara. "Kata Sekretaris Tejo, ada yang ingin kau bicarakan denganku, apa itu? Aku yakin bukan soal permintaan maaf saja."

"Benar," Vanessa kembali menunduk seraya mengangguk. Tangannya meremas dress yang sudah lusuh di pakainya. "Aku ingin menanyakan tentang Jameta," cicit Vanessa.

Erise menaikan alisnya, dan lantas senyum kembali terukir. Tak ada yang melihat jika sempat ada kilatan lain di matanya. "Ada apa dengan Jameta?" tanya Erise.

"Itu...," Vanessa berkata ragu. "Ba-bagaimana kau menyadari jika cincin yang di kenakannya memiliki kesamaan dengan cincin Alvin?"

"Hmm," Erise bergumam seolah berpikir, matanya menatap pada langit-langit kediamannya yang mewah. "Karena aku pengamat?" balas Erise tak yakin.

Itu sebenarnya hanya alasan untuk menutupi asal darimana dia tahu, tentu saja karena di kehidupan sebelumnya Erise sangat mengenal Jameta, adik yang sangat dia sayangi sepenuh hati. Dulu.

Vanessa tampak percaya dengan jawabannya.

"Selain itu, apakah kau juga mengetahui kesamaan mereka yang lain?" lagi, Vanessa bertanya memanfaatkan pengamatan Erise.

Tawa ringan berderai dari mulut Erise, membuat Vanessa bingung apa yang lucu. "Aku tidak tahu," balas Erise setelah menghentikan tawa. "Aku tidak pernah bertemu mereka secara bersamaan, jadi aku tidak melihatnya. Bertemu dengan kekasihmu pun bisa dihitung jari."

"Ah," Vanessa meringis canggung menyadari kesalahannya. "Maaf, aku melupakannya."

Erise mengibas tangannya tampak santai, "Bukan masalah. Kau tidak perlu meminta maaf jika itu di luar kendalimu."

Benar-benar dewasa, pikir Vanessa kagum. Sepertinya dia harus menghapuskan sepenuhnya kebencian pada Erise. Setelah di pikir-pikir pula, kenapa dia dulu tampak sangat membenci Erise? Padahal wanita itu tak pernah berbuat salah padanya. Jangan jauh-jauh pada itu, mereka bahkan tidak saling mengenal.

HusbandyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang