PART. 23
Di KaryaKarsa update ASAP ya!
• • ๑ • •
Kedatangan Aya di sana membuat keempat pria yang sedang bermain golf itu serempak menoleh. Itu tak lama, karena mereka kembali bermain kecuali Sekretaris Tejo yang berhenti. Karena dia tahu, jika Aya ke sini berarti wanita itu ada keperluan dengannya.
Tejo meletakan tongkat golfnya lalu berkata, "Saya akan berhenti sejenak selagi menunggu Anda semua ada yang menyaingi rekor lemparan saya." Katanya, terselip kebanggaan di sana. Jelas saja, karena skor yang dihasilkan Tejo lebih tinggi, bahkan mengalahkan skor pimpinan tertinggi Lim Group.
"Bocah gendeng!" Sohee tak tahan untuk menggerutu. "Sombong sekali kau, menyesal aku mengajakmu." Ayah kandung Nega itu menunjukan ekspresi julidnya.
Tejo tersenyum canggung menanggapi. Jangan menyalahkannya, dia hanya bermain. Salah siapa Sohee mengajak dirinya, apakah Ayah dari bosnya itu lupa kalau Tejo adalah mantan atlet golf? Tejo bahkan pernah memenangkan turnamen golf internasional beberapa kali sebelum kemudian keluar dari dunia golf kompetitif.
Pria itu kini berjalan menghampiri Aya. "Ada apa?" tanyanya dengan wajah serius. Aya tak kalah serius juga. Wanita menunjukan perekam suara dan menjelaskan secara singkat pada Tejo.
Wajah Tejo semakin serius ketika nama istri dari bosnya di sebut. Pria itu mengangguk sebelum berbalik, menghampiri Nega lalu berbisik di telinganya.
Nega menghentikan kegiatannya, kalimat singkat dalam bisikan itu mampu membuatnya memandang kosong ke depan dengan tajam. Tangannya mengerat dalam genggaman tongkat golf. Nega berbalik, duduk di kursi yang ada di sana. Meminta secara tidak langsung agar Tejo atau Aya menjelaskannya lebih detail.
"Ada apa?" Sohee bertanya pertanyaan karena anaknya menghentikan kegiatan. Perkataan Sohee tak mendapat jawaban, jadilah pria paruh baya itu kini turut menghampiri bersamaan dengan Aya yang menyalakan rekaman suara tadi. Sekretaris Aram tak mau bermain sendirian, jadi dia turut bergabung.
Lima pasang telinga itu mendengarkan dengan serius, dengan ekspresi yang sama pula. Nega bahkan sampai mengeraskan rahangnya ketika suara Ibunya terdengar dalam rekaman itu.
"Yah, benar. Sifat tamak dan serakah itu muncul sampai mereka lupa darimana tempat awal mereka kan, Ibu?"
Tanpa bisa di tahan, tawa Sohee tiba-tiba menggelegar dalam keheningan itu. Pria paruh baya itu memukul Aram yang ada di samping sebagai bentuk pelampiasan tawanya. "Kau dengar itu, Aram? Menantuku semakin pintar saja, dia bisa menyindir!" Serunya tak percaya. "Keren sekali." Ujarnya berdecak kagum.
Tak ada menanggapi Tuan tua Sohee karena mereka masih fokus. Sampai pada suara pecahan kaca, jantung Nega rasanya mencelos, cemas jika kaca itu membahayakan istrinya. Tapi perkataan berikutnya dalam rekaman itu mampu melegakan kembali hati Nega.
Rekaman berakhir, kelima kepala itu berdiam dengan pikirannya masing-masing.
Aya berdehem untuk pertama membuka suara. "Saya sudah mencurigai ini dari tahun lalu, dan baru sekarang ada kesempatan untuk membuktikannya." jelasnya.
"Ibu sudah melakukannya sejak lama," celetuk Nega. Pandangannya kosong ke depan.
Terasa mengganjal, maka dari itu Sohee bersuara heran. "Jika memang sudah lama, kenapa menantuku tidak berkata apapun? Melihat reaksimu, sudah jelas Erise tidak menceritakannya. Tapi dengan kata-kata menyakitkan yang Soyara lontarkan, Erise bisa mendapat beban pikiran. Tapi bagaimana mungkin kita semua tidak ada yang mengetahui bahkan menyadarinya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Husbandy
RomanceKarena sifat baiknya yang berlebihan membuat Erise seringkali dimanfaatkan dan ditipu. Sebelumnya Erise akan menerima saja, selagi mereka baik padanya. Tapi sekarang tidak lagi sejak dirinya dikhianati oleh Ibu dan adiknya, apalagi mereka membawa-ba...