PART. 15
• • ๑ • •
Merasa ada yang memperhatikan membuat Vanessa mencari, lantas pandangannya jatuh pada seorang wanita cantik yang sedang menatapnya lekat. Wanita itu tak sendirian, ada seorang anak dan pria yang Vanessa yakini itu suaminya.
Vanessa tak kenal takut, ditatap seperti itu dia tidak mengabaikan dan justru menatap balik. Dengan pandangan setengah terfokus pada wanita itu, setengahnya lagi mencari meja kosong yang kebetulan ada disebelah wanita itu.
Mengabaikan sejenak, Vanessa bergegas ke sana takut didahului oleh orang yang juga membutuhkan meja kosong. Begitu duduk, dirinya merasa familier dengan wajah wanita tadi. Tak ada gunanya untuk mengingat, Vanessa mengabaikan.
Setelah beberapa saat menunggu, kedua orang yang merupakan teman dan kekasih akhirnya tiba. Dan saat itulah Vanessa tersadar. Jameta masuk dengan Alvin seraya mengedarkan pandangan untuk mencari Vanessa, dan begitu terlihat, senyum terukir di bibirnya.
Secepat senyum itu datang, secepat itu hilang ketika pandangan Jameta jatuh pada meja di sebelah Vanessa. Raut terkejut itu tak bisa disembunyikan, mata Jameta sedikit melotot sebelum menatap Vanessa dan Erise bergantian.
Gawat! Peringatan itu terdengar kerasa dalam kepala Jameta. Ini benar-benar gawat. Jameta menetralkan kembai ekspresinya, dia tersenyum paksa dan segera berjalan menuju meja yang ditujunya.
Di sisi Vanessa, begitu melihat Jameta dia kini menyadari siapa wanita yang ada di sebelahnya, yang menatapnya sejak awal. Dia adalah Erise! Kakak Jameta yang durjana, mengabaikan adik serta ibunya. Mendengar dari cerita Jameta saja bisa membuat Vanessa sangat membenci Erise. Semoga Erise mati lalu masuk neraka bersama dosa yang menemaninya.
Ya, silakan berharap doamu di kabulkan.
Vanessa lantas melirik sinis Erise, wajah sinisnya tak bisa disembunyikan. Dan ketika Jameta serta Alvin duduk, ekspresi Vanessa kian menjadi. Wanita itu terbatuk kecil mengambil perhatian, lirikan matanya bergantian menatap Erise dan Jameta sebelum menetapkannya pada Jameta.
"Meta, kau sudah selesai?" Vanessa bersuara yang terdengar agak nyaring. "Kau bisa berbelanja sepuasmu, aku yang akan membayarnya. Kita teman, kan. Jangan contoh kakakmu yang bahkan tidak memberikan uang sepeserpun." Lagi, suara nyaring yang berasal dari Vanessa terdengar, dia sengaja. Dan sepertinya berhasil, suaranya dapat mencapai masuk telinga meja sebelah.
Jameta menebarkan senyum paksa, dia tak bisa diam saja. Jika seperti ini terus, kakaknya yang baik hati itu pasti akan bersuara lalu berbicara dengan Vanessa. Jameta tidak akan membiarkannya! Kakaknya itu orang baik, Vanessa juga sama. Mereka berdua akan mudah disatukan karena memiliki pemikiran yang sama, dan tujuan Jameta mencegah mereka berbicara.
Erise di meja sebelah juga mendengarnya, dalam hati wanita itu ingin tertawa. Walaupun disana ada Jameta, Erise mencoba mengabaikannya sejenak, dia punya sebuah fakta yang sangat mengejutkan. Pesanan makanan mereka telah datang, dan Nega baru akan menyuap ketika mendengar suara nyaring itu.
Nega melirik acuh, lalu memutar bola mata malas dengan ekspresi datar andalannya. "Orang gila mana yang berbicara senyaring itu," ujarnya pelan yang mampu didengar Erise dan ditanggapi oleh tawa geli.
Gare melihat sang mama bingung, "Mama," panggil anak itu.
"Ya sayang?" sahut Erise menatap Gare, dia langsung mengerti ketika melihat tangan kecil anak itu tidak cukup untuk memegang sumpit. Pasta yang Gare pilih adalah spaghetti.
"Mama suapi?"
Gare mengangguk dengan semangat, matanya menatap bagaimana cara Erise memegang sumpit lalu menyuapinya. Begitu spaghetti itu masuk ke dalam mulut kecilnya, Gare mengecap sejenak sebelum kemudian raut wajahnya tampak memelas dengan tangan yang menutup mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Husbandy
RomanceKarena sifat baiknya yang berlebihan membuat Erise seringkali dimanfaatkan dan ditipu. Sebelumnya Erise akan menerima saja, selagi mereka baik padanya. Tapi sekarang tidak lagi sejak dirinya dikhianati oleh Ibu dan adiknya, apalagi mereka membawa-ba...