PART 06
• • ๑ • •
Erise harus membuka floristnya lebih awal karena pemesanan yang tiba-tiba meningkat drastis. Floristnya memang tidak pernah sepi dan cukup terkenal karena kualitas dan kreatif rancangan tangannya, tapi untuk pemesanan semeningkat ini, rasanya Erise merasa aneh.
Florist yang biasanya dibuka pukul sembilan pagi hingga pukul tiga sore itu hari ini harus dibuka lebih awal menjadi pukul delapan pagi.
Menurut laporan dari pegawainya, membludaknya pesanan itu terjadi dari kemarin malam hingga pagi ini, dan semua pesanan itu diambil hari ini.
Pegawainya juga datang beberapa jam lebih awal untuk menyiapkan segalanya, dan itu pula yang dilakukan Erise saat ini.
Dia bersama Gare yang ingin ikut sekarang sedang perjalanan menuju ke Florist, jangan lupakan Asisten Aya yang duduk di depan. Erise berangkat waktunya bersamaan dengan Nega yang berangkat ke kantor.
"Nona," dari depan Asisten Aya memanggil. Wanita itu menyerahkan iPadnya pada Erise yang langsung diterima baik.
"Apa ini?" tanya Erise, tak elak dia membaca layar iPad yang menampilkan judul sebuah berita.
"Sepertinya meningkatnya pesanan bunga di pengaruhi oleh berita itu. Beritanya sudah tersebar sejak kemarin, ada OP staff perusahaan mengatakan melihat wanita bersama putra dari Tuan Nega, mereka berhasil mendapatkan potonya. Itu poto sewaktu Nona berkunjung ke perusahaan kemarin.
Lalu rupanya ada yang mengenali Nona sebagai pemilik Florist-ee, dan pembeli tetap di sana mengaku jujur kalau mereka mengenali Nona sebagai pemilik Florist-ee." Jelas Aya.
"Wow," Erise berdecak kagum tak percaya. "Padahal poto dari belakang, tapi mereka tetap mengenaliku. Keren sekali," ujar Erise. "Impact suamiku ternyata hebat juga." Ya, sangat hebat memiliki gelar sebagai Nyonya muda lim.
Gare turut melihat layar iPad di tangan Mamanya. Tangan kecil itu menunjuk layar, "Apakah itu Gale?" tunjuknya pada anak kecil yang digandeng oleh Erise di dalam poto.
"Ya, itu Gare." Erise menjawab, dia mengangkat Gare ke pangkuannya.
"Benarkah?" Gare tak percaya. "Berarti yang ini Mama?" tunjuknya lagi pada poto Erise yang menggandeng lengan Gare.
"Iya sayang."
"Tapi kenapa wajah kita tidak kelihatan?" Gare mendongkak menatap wajah Mamanya.
Erise tak ragu untuk mencium kening anaknya, ah kenapa lucu sekali. "Karena potonya diambil dari belakang." Jelasnya.
"Coba lihat," Erise mengubah tampilan layar iPad itu pada aplikasi kamera, dan layarnya pun kini menampilkan Erise dan juga Gare yang berada di pangkuannya.
"Poto di ambil dengan kamera, seperti ini. Sifatnya seperti cermin, bedanya kalau poto bisa disimpan dan bisa melihatnya kembali." Erise menjelaskan pelan, untuk memudahkan Gare menangkap penjelasannya.
"Ini dari depan, lihat, menunjukan wajah Gare dan Mama." Erise mengubahnya menjadi tampilan kamera belakang, "Dan coba lihat Bibi Aya dan Pak supir, hanya bagian belakangnya yang terlihat, itu karena kita mengambilnya dari belakang."
"Oh, Gale paham Mama!" Seru Gare riang, telunjuk kecilnya memencet layar, mengubah tampilan menjadi kamera depan. "Mama, ayo berpoto!"
Erise menyetujuinya, mereka berpoto dengan berbagai macam gaya. Gare ada senyum, menunjukan giginya, dan terakhir mencium pipi Mamanya.
Setelah selesai, Erise melihat gambar hasil jepretan tadi. Gare turut mengamati. "Bagus!" Pria kecil itu berseru dengan senyumnya.
"Apakah Papa bisa ikut berpoto?" tanya Gare.
KAMU SEDANG MEMBACA
Husbandy
RomanceKarena sifat baiknya yang berlebihan membuat Erise seringkali dimanfaatkan dan ditipu. Sebelumnya Erise akan menerima saja, selagi mereka baik padanya. Tapi sekarang tidak lagi sejak dirinya dikhianati oleh Ibu dan adiknya, apalagi mereka membawa-ba...