EP. 16 : PIKIRAN

17.7K 2K 45
                                    

PART. 16

• • ๑ • •

Wanita itu terdorong ke belakang hampir menubruk meja lain jika tak segera ditahan oleh temannya. "Astaga!" temannya berseru kaget dengan reflek menahan.

"Kau tidak apa, Tria?" tanya temannya yang bernama Hana.

Tria, wanita yang hendak menyerang Erise mendengus marah sebelum berdiri tegap. "Tidak apa," jawabnya pelan teredam oleh amarahnya.

Mata yang di lapisi oleh softlens itu menatap Erise dengan benci. Tria tak mengerti. Dia sangat ingat kejadian kemarin, ketika pasangan tua-nya meninggalkan dia sendiri di parkiran mall. Pria tua itu sepanjang jalan memarahinya tanpa henti, juga berhenti memberikannya uang, dan bahkan sekarang pria sumber uangnya tidak bisa dihubungi! Pria tua itu menjauhinya setelah memarahi.

Memang pada dasarnya Tria adalah orang sumbu pendek otak kosong, ketika pasangan tua-nya memarahi, Tria tak mendengarkan. Padahal pria tua itu memarahinya sembari menyebut-nyebut status Erise. Walaupun Tria mendengarkan dia akan tetap tidak mengerti dan harus dijelaskan ulang.

Kembali memikirkannya membuat Tria mengepalkan tangannya. "Kau benar-benar jalang, Erise!" serunya kembali melangkah maju hendak meraih wajah menyebalkan Erise.

Nega masih berdiri tegap menghalangi menjadi tameng, tatapan tajamnya dia layangkan pada wanita gila kedua setelah Vanessa. "Apa masalahmu?" tanyanya terdengar berat, rahang Nega mengeras.

Seolah sadar, Tria menatap wajah pria tampan itu. Sejak kapan ciptaan Tuhan yang indah itu ada di sini? Tria memang tidak memperhatikan sekeliling, matanya hanya tertuju pada Erise dan tak peduli dengan orang-orang di sekelilingnya.

Mata berlapis softlens itu kini melihat sekeliling, kebanyakan dari mereka menatap ke arahnya. Di tatap seperti itu Tria tak risih, wanita itu justru tersenyum bangga karena merasa terkenal. Mereka melihat ke arahnya, dan Tria akan mempermalukan Erise.

Sedikit tatapan memuja yang Tria layangkan pada pria tampan itu hilang. Tria kini menatap pria itu dan Erise dengan mencemooh, meremehkan.

"Kau tampan," celetuk Tria pada pria yang tak di ketahui namanya itu. Wanita itu melangkah maju, jaraknya hanya terpaut dua jengkal. "Sayang sekali, dengan ketampananmu kau bisa mendapat wanita yang jauh lebih segalanya daripada Erise." Tangan Tria terulur hendak menyentuh wajah pria tampan itu tapi segera ditepis dengan kasar.

"Uh, kasar sekali." Ujar Tria, raut wajahnya tak menunjukan kekesalan. Wanita itu justru tersenyum pongah. "Dan aku suka yang kasar," lanjutnya kini menatap Nega dengan menantang. "Katakan padaku, berapa Erise membayarmu? Pasti sedikit. Aku bisa memberikanmu lebih banyak jika kau bersamaku."

"Ewh, kau lah jalangnya." Vanessa yang sedari tadi memperhatikan tiba-tiba bersuara jijik, ekspresinya seperti ingin membuang muntahan. Dia bukan membela Erise, Vanessa hanya secara reflek mengatakan itu melihat tingkah laku menjijikan wanita ini.

Hana menarik pelan tangan Tria. "Sudahlah, kita kembali saja." Ujarnya berbisik pada Tria. Raut wajah Hana sudah sangat pias, keringat sebesar biji jagung muncul di pelipisnya. Hana kaget dan syok karena baru menyadari. Dia mengenal siapa pria yang diajak bicara oleh temannya, Hana juga mengenal wanita yang dilindungi oleh pria itu. Itu adalah Erise Lim, berarti pria ini Nega Lim. Pikiran Hana melalang buana pada nasib buruk yang akan menimpanya jika dia melanjutkan ini.

Tria berdecak, "Apa, sih!" Dia menghempaskan tangan Hana kasar. "Kau diam saja, diam!" bentaknya.

Tria mengabaikan Vanessa tadi karena tak mengenalnya. Pria tampan itu juga mengabaikannya. Tak ingin menyerah, pikiran mempermalukan Erise kembali membara. "Entah di club mana Erise menemukanmu. Aku yakin, kau adalah pria Erise yang ke se—."

HusbandyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang