"NAREN!!"
Noah maupun Tian berteriak serentak. Mereka marah tentu saja karena Naren menumpahkan susunya di atas tamunya sendiri.
Sedangkan Renan menghela nafas mengerti. Ia memaklumi semuanya karena pada dasarnya anak kecil memang keras kepala. Ia hanya tengah bingung sekarang karena celana bagian atasnya basah karena susu.
Tian mengambil gelas kosong yang masih di pangkuan Naren, dan meletakannya di atas meja lalu mengangkat anak kecil itu dan menurunkannya.
Bergetarlah bibir balita itu karena telah diteriaki kedua orang yang sangat ia sayangi. Ia tidak sedikitpun berniat menumpahkan susunya apalagi sampai membuat teman barunya basah kuyup. Ia menunduk takut dimarahi teman barunya, alias Renan. Renan yang melihatnya jadi tidak tega.
"Bandel!" Omel Noah.
"Liat tuh, celana Kak Renan basah gara-gara kamu," Tian pun tak kalah mengomeli si balita.
Dan ya apalagi yang biasa anak kecil lakukan setelah dimarahi? Pastilah menangis.
"Hweee jj ahat!"
"Udah tan, jangan dimarahin. Namanya juga anak kecil," lerai Renan ketika melihat Tian yang sudah ancang-ancang akan mengomel lagi. Lantas, Renan menarik Naren agar mendekat untuk diusap kepalanya sambil menggumamkan kata 'jangan nangis'.
Tian memijat pelipisnya begitu juga Noah. Mereka sungguh merasa tidak enak dengan Renan. Pemuda itu banyak berkorban untuk keluarganya.
"Noah. Bawa Renan ke kamar kamu. Suruh ganti celana punya kamu," tutur Tian yang mana membuat Noah maupun Renan membelalakan matanya.
"Ngga us-"
Belum selesai Renan menolak, Noah lebih dulu menarik tangannya. "Ayo. Kalo ngga cepet diganti kulit lo bisa iritasi."
Benar juga. Renan yang selama ini sebisa mungkin menjaga kulitnya agar tetap sempurna pun mau tak mau harus menurut.
"Tunggu sini. Gue ambil celana dulu yang sekiranya muat buat lo."
Renan mendudukan dirinya di sofa setelah kepergian Noah. Sofa yang sama dengan alas atas kejadian pangku-pangkuan kemarin lusa. Tidak heran jika di kamar ada sebuah sofa. Noah anak orang kaya. Kamarnya pun sangat luas dan mampu menampung banyak barang-barang. Berbeda dengan kamarnya yang diisi ranjang, lemari dan meja belajar saja sudah terasa sempit.
Noah kembali membawa sebuah celana yang entah panjang entah pendek setelah beberapa menit berkutat di lemarinya. "Nih. Adanya ini doang. Celana gue gede-gede semua soalnya," katanya sembari mengulurkan celana itu seolah sudah sangat mengerti ukuran tubuh Renan.
Eh ayolah. Siapapun juga tau jika Renan ini kurus atau bisa di bilang paling mungil diantara submisiv-submisiv lainnya.
Renan pun tak bisa melakukan apapun selain menerimanya. Masih baik Noah mau meminjamkannya celana bukan?
Tapi... apakah celananya harus pendek?
Renan mengerutkan keningnya sembari membeberkan celana Noah yang akan dipinjamkan untuknya. Ukurannya cukup besar namun pendek. Mungkin jika dipakai sekitar 10 cm di atas lutut. Di bagian pinggangnya terbuat dari karet dam terdapat tali. Jadi, meskipun longgar, Renan masih bisa menyesuaikannya sesuai ukuran pinganggnya. Nampak seperti celana kolor namun bahannya tebal.
Kolor orang kaya.
Tidak mau berlama-lama dan juga tidak mau membuat Noah tersinggung, Renan pun pamit ke kamar mandi untuk mengganti celananya.
Renan keluar kamar mandi sedikit merasa risih. Bagaimana tidak? Ini untuk kali pertamanya memakai pakaian minim di depan dominan. Paha mulusnya yang selama ini ia jaga kini terpaksa harus terekspos.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm shy! -noren
Fanfiction"Kamu tuh kapan ngeselinnya sih? Gemesin mulu. Heran." ⚠️bxb ⚠️fanfict ⚠️mature🔞 Anggap saja, dunia cerita ini isinya hanya Dom & Sub. Homophobic dilarang keras menginjakan mata di sini. Jika pada part ada tanda ini-⚠️ dan ini-🔞, harap yang di baw...