"Anterin Bapak yuk, Ren?"Yang tengah asyik rebahan menoleh ke arah pintu yang baru saja di buka oleh seseorang yang baru saja juga bersuara. Benda pipih nan canggih ia letakan sembarang sebelum mengambil posisi duduk. Tak sopan berbicara dengan yang lebih tua sambil terlentang.
"Kemana? Tumben banget minta dianterin. Biasanya bawa motor sendiri."
"Bapak lagi agak kurang enak badan. Bos Bapak nyuruh Bapak ke rumahnya buat bahas soal proyek baru." Pria paruh baya yang sudah terlihat rapi seolah siap berpergian itu mendekati putra semata wayangnya.
"Ya mending besok aja kalo emang lagi ngga enak badan mah. Ntar nambah sakit angin-anginan," timpal Renan.
"Ngga enak lah. Takutnya Bos keburu nyari pengganti mandor buat proyek itu."
Renan menghela nafasnya. Kali ini ia harus merelakan waktu bersantainya yang hanya satu jam itu demi mengantar sang Ayah. Pekerjaan Ayahnya tentu jauh lebih penting. Rejeki jangan disia-siakan.
"Yaudah. Renan siap-siap dulu."
"Hm. Jangan kelamaan, udah sore."
-I'M SHY!-
Motor matic yang Renan kendarai memasuki area perumahan mewah. Ya tentu mewah, ia akan mengunjungi rumah seorang bos besar yang pasti rumahnya tidak akan sederhana.
Setelah tiba di depan gerbang besar salah satu rumah mewah di sana, Renan dan Ayahnya tidak langsung menyelonong masuk. Tentu karena si penjaga gerbang alias pak satpam yang bekerja di sana belum memperbolehkannya masuk sebelum bos besar datang sendiri menghampiri.
Bukan apa, di sini termasuk kawasan elit dan rawan pencurian. Jaga-jaga saja, setiap tamu yang datang tidak boleh diperbolehkan masuk sebelum sang tuan rumah mengizinkannya.
Selang beberapa menit, si tuan rumah datang. Pria tinggi yang jelas memiliki aura bijaksana itu bediri di balik gerbang menunggu pekerjanya membukakan susunan besi itu.
"Lama ya? Ayo masuk dulu, Pak Yuda," kata pria paruh baya dengan setelan khas bapak rumahan, setelah gerbang di hadapannya terbuka sempurna. "Motornya bawa masuk aja," tambahnya ketika melihat gelagat kebingungan dari putra calon anak buahnya.
Renan mengangguk, membiarkan dua pria yang sekiranya seumuran itu berlalu lebih dulu. Sedangkan dia harus memarkirkan motornya.
Setelahnya, Renan buru-buru menyusul Ayah dan calon bosnya yang sedikit lagi menginjakkan kaki ke dalam rumah mewah di depannya. Ia tak mau tertinggal dan berakhir kebingungan karena tidak tau harus masuk kemana setelahnya.
Renan membuntuti saja dua orang di depannya hingga sampailah di tempat yang Renan yakini adalah ruang tamu. Terlihat dari jejeran sofa mahal dan meja marmer di tengahnya yang terpasang dengan apik.
Sang tuan rumah mempersilahkan kedua tamunya untuk duduk dan setelahnya menginstrupsikan asisten rumah tangganya untuk menyiapkan minuman dan kudapan tentu saja.
"Gimana kabarnya Pak Yuda? Udah lama sekali ngga ketemu ya?" Sang bos besar yang kata ayah Renan bernama Jeffrey atau kerap disapa pak Jeff itu mulai membuka suara.
"Kaya yang Pak Jeff lihat. Sehat terus meskipun sekarang lagi agak masuk angin, hehe."
"Aduh, saya jadi ngga enak udah nyuruh Pak Yuda kesini."
"Ngga papa banget, Pak Jeff. Ngomong-ngomong, Pak Jeff bakal ada proyek apa lagi?" Yuda tersenyum menenangkan melihat raut bos besar yang seperti sedang tidak enak hati.
Omong-omong, ini bukan kali pertamanya Yuda direkrut untuk ikut andil dalam setiap proyek baru Jeffrey. Lebih tepatnya dijadikan mandor atau bisa juga jadi tangan kanan Jeffrey. Lima tahun terakhir, sekitar tiga proyek Jeffrey serahkan pada Yuda untuk memandorinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm shy! -noren
Fanfiction"Kamu tuh kapan ngeselinnya sih? Gemesin mulu. Heran." ⚠️bxb ⚠️fanfict ⚠️mature🔞 Anggap saja, dunia cerita ini isinya hanya Dom & Sub. Homophobic dilarang keras menginjakan mata di sini. Jika pada part ada tanda ini-⚠️ dan ini-🔞, harap yang di baw...