Official

1.6K 184 0
                                    

5 bulan kemudian.

Renan tidak tau kenapa sejak ia tampil di pentas seni saat acara perpisahan kemarin, banyak dominan yang mengejar-ngejarnya ( dalam artian suka ). Renan bukannya besar kepala. Tapi para dominan itu sendiri yang mengungkapkan kesukaannya terhadap Renan.

Renan tentu tidak meresponnya. Ia langsung berlalu begitu saja. Biarlah ia disebut sombong. Tapi ia benar-benar tidak tau untuk merespon apa.

"Hey." Suara khas dominan itu menyentak Renan yang tengah duduk di bangku taman belakang sekolahnya. Ia baru beberapa menit duduk di sana. Niatnya bersembunyi dari para dominan yang akhir-akhir ini mengejarnya dan secara terang-terangan menyatakan cinta padanya. Bukannya senang, Renan justru merasa risih.

Renan mendongak dan mendapati Noah yang tersenyum padanya hingga matanya tenggelam. Ia menggeser sedikit duduknya ketika dominan itu duduk di sebelahnya tanpa memberi jarak. Kebiasaan.

"Jadi selama ini lo ngabisin waktu istirahat di sini?" Tanya Noah sembari menatap sekelilingnya. Taman yang cukup luas dan beberapa bangku serta kursi tertata apik di setiap spot yang teduh.

Renan mengangguk. Memang sudah sekitar empat bulan ini, lebih tepatnya setelah Renan mengetahui adanya taman ini, Renan sering menghabiskan waktu istirahatnya di sini. Entah itu untuk memakan bekal, atau mengerjakan tugas. Tidak banyak orang yang suka disini. Mungkin hanya orang-orang pendiam seperti Renan yang akan ke tempat ini. Maka dari itu, suasana taman terlihat sepi dan sejuk. Cocok untuk Renan.

Tidak tampak menarik jika disebut sebuah taman. Karena disana hanyalah terdapat beberapa pohon besar dan bunga-bunga krisan di sekitarnya yang di depannya terpampang hutan yang cukup mengerikan. Dan tidak jauh dari tempat itu, terdapat sungai kecil yang airnya keruh dan banyak sampah. Tidak heran, kawasan sekolahnya memang berada di pemukiman warga.

"Sendirian terus?"

"Kadang sama Heka."

Ngomong-ngomong soal Heka, setelah kenaikan kelas kemarin Renan dan Heka memutuskan untuk menjadi chairmate. Selama beberapa bulan belakangan mereka memang semakin akrab. Dan untuk anggota kelas masih sama seperti pada tingkat pertama.

Noah hanya mengangguk sebagai jawaban. Hening untuk beberapa saat sebelum Renan kembali bersuara.

"Kamu kok bisa ada di sini? Maksudnya, kamu kan lebih suka nongkrong di kantin. Di sini ngga ada yang menarik."

"Emang sih dulu ngga ada yang menarik. Tapi sekarang kayanya ada yang menarik deh."

"Emang apa?"

"Lo."

"Hah? A-aku?"

Bukannya menjawab, Noah justru melempar pertanyaan lagi. "Menurut lo gue ke sini buat apa?" Yang dijawab gelengan oleh sang lawan bicara. Tentu saja Renan tidak tau.

"Buat lo. Tadi gue sengaja ngikutin lo. Eh ternyata ke tempat ini. Kalo tau selama ini lo sering nongkrong di sini, gue pasti bakal sering nongkrong di sini juga."

Renan justru melamun. Kalimat-kalimat yang baru saja Noah lontarkan cukup sulit dimengerti dalam keadaan gugup.

Lantas Noah mengeluarkan sesuatu yang memang sengaja ia siapkan untuk Renan semalam.

"Nih." Noah menyodorkan satu batang cokelat dan satu buah box berukuran kecil berwarna hitam dengan pita emas sebagai pemanisnya.

Sangat-sangat mainstream memang.

Dan yang disodori barang itu malah menatap Noah bingung. Jangan bilang Noah juga akan menyatakan cinta seperti dominan-dominan lainnya!

Mendapat respon yang tak berarti, Noah menaruh cokelat dan box di atas meja, lalu merain tangan Renan yang ternyata sangat mungil di genggamannya.

I'm shy! -norenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang