"Kamu tuh kapan ngeselinnya sih? Gemesin mulu. Heran."
⚠️bxb
⚠️fanfict
⚠️mature🔞
Anggap saja, dunia cerita ini isinya hanya Dom & Sub.
Homophobic dilarang keras menginjakan mata di sini. Jika pada part ada tanda ini-⚠️ dan ini-🔞, harap yang di baw...
Renan berguling kesana kemari di atas tempat tidurnya sendiri. Ingatannya terus berputar pada kejadian sepulang sekolah tadi. Ya, apa lagi jika bukan kejadian pangku-pangkuan dengan Noah?
Perutnya geli setiap kali mengingat suara lenguhannya sendiri saat Noah tiba-tiba menghentaknya dari bawah kala itu. Benar-benar gila.
Bagaiman besok? Bagaimana caranya ia menutupi rasa malunya ketika bertemu Noah? Bagaimana jika Noah malah semakin menjadi-jadi?
Pikiran-pikiran negatif terus bersarang di kepalanya. Hingga untuk makan saja dia tidak bisa konsentrasi. Rasa kupu-kupu dalam perutnya belum juga hilang. Mungkin, itu pertama kali untuk Renan bersentuhan (dalam artian lebih intim) dengan dominan. Makanya akibatnya cukup berlebihan seperti ini.
Renan pun memilih mengambil ponselnya yang sudah sekitar satu jam ia isi daya. Niatnya ingin membuka aplikasi novel online. Ia bukan tipe orang yang terlalu suka berbalas pesan dengan orang yang menurutnya tidak penting. Ia akan membuka aplikasi pesan jika benar-benar ada pesan penting yang wajib dibalas. Tapi, sebuah notifikasi chat dari nomor tidak dikenal satu ini membuatnya penasaran.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Terkejut? Sedikit sih.
Niatnya Renan tidak ingin membalas pesan Noah, mengingat kejadian tadi siang yang membuatnya cukup risih. Ia jadi berpikir jika Noah ini... mesum. Tapi ia akan dicap sombong jika melakukan itu bukan?
Lagipula, Noah hanya memintanya untuk menyimpan kontaknya, tidak lebih.
-I'M SHY!-
Hari ini, semenjak Renan masuk SMA-nya adalah pertama kalinya ia akan pergi ke kantin. Itu juga bukan ia lakukan percuma atau sekedar iseng. Ia hanya ingin mencoba belajar berbaur dengan lingkungan ramai.
Dan juga, ia tidak enak hati ingin menolak ajakan pemuda manis yang setelah bel istirahat berbunyi tadi ngotot mengajaknya pergi ke kantin bersama. Pemuda bernama Heka itu sepertinya tidak seperti submisiv-submisiv lain yang pernah mengajaknya pergi ke kantin bersama. Heka berbeda, dari caranya yang keras kepala memintanya pergi ke kantin bersama menunjukan jika pemuda itu memang tulus mengajaknya. Bukan sekedar basa-basi saja.
"Nah gitu doong." Heka tersenyum sumringah setelah mendapati persetujuan dari orang yang sejak tadi ia ajak pergi. Ia langsung menggandeng lengan Renan layaknya sudah berteman lama.
Renan pasrah saja. Jujur, ia belum bisa menanggapi apapun atas keantusiasan seorang Heka.
Sesampainya di kantin, Renan terus menunduk. Berbeda dengan Heka yang dengan percaya diri seolah tidak ada orang disana. Bahkan, saat di perjalanan tadi Heka tanpa ragu menanggapi setiap dominan yang mencoba menggodanya.
"Lo kenapa si? Tenang aja, mereka ngga bakal makan lo kok," celetuk Heka tiba-tiba setelah menyadari gelagat Renan yang seperti malu-malu takut.