Insults

1.8K 134 16
                                    

⚠️⚠️⚠️

Sudah hampir setengah jam Noah menunggu Renan yang katanya ingin berganti pakaian. Apakah harus selama ini? Noah saja sudah selesai berganti pakaian 25 menit yang lalu. Apa gerangan yang kekasihnya itu lakukan di kamar mandi?

Karena penasaran dan juga takut ada terjadi apa-apa pada si mungil, Noah pun menghampiri pintu kamar mandi lalu mengetuk pintunya. "Renn? Kamu ngapain sih? Kok lama banget?"

Terdengar sebuah balasan di dalam sana. "Iyaa, ini mau keluar." Dan tak lama setelah itu yang ditunggu-tunggu akhirnya keluar juga.

"Kamu pingsan ya di dalem?" Tanya Noah dengan nada yang terkesan menahan kesal.

Si submisiv menggeleng kecil dengan kepala yang tertunduk. Ia tau pasti Noah akan marah setelah ini karena telah membuatnya menunggu lama.

"Terus kenapa lama banget? Aku nungguin kamu sampe ngantuk tau ngga? Kamu pasti sengaja kan ngulur waktu biar aku nunggu lama terus ngga nafsu lagi buat minta yang tadi?"

Tepat sasaran. Memang itu tujuan Renan berlama-lama di kamar mandi. Tapi setelah melihat bagaimana reaksi dominan itu, agaknya Renan menyesali perbuatannya barusan.

"M-maaf." Itu saja yang bisa keluar dari mulut kecil Renan. Itupun dengan nada yang sangat rendah.

"Kalo ngga mau ya bilang. Jangan nggantungin aku pake harapan palsu kamu." Noah berujar dingin yang mana membuat pemuda mungil di depannya panik sendiri.

"Ngga gitu maksud aku." Renan mencoba meraih tangan Noah tapi langsung ditepis kasar oleh dominan itu. Sungguh! Renan tidak mau ada pertikaian lagi di antara hubungannya dengan Noah. Renan menyesal karena ia yang selalu membuat masalah dalam hubungannya sendiri.

"Noah maaf," mohon Renan lagi.

"Mending kamu siap-siap. Aku anterin pulang. Percuma kamu di sini kalo cuma ngasih harapan palsu." Noah berujar datar.

"Ngga!" Renan menubruk badan besar Noah dan memeluknya. "Aku ngga mau pulang! Aku minta maaf. Iya aku bakal turutin mau kamu sekarang juga. Tapi tolong jangan sampe ke inti. Aku masih takut. Please."

"Jangan cuma ngasih harapan. Buktiin."

Renan melepas pelukannya, mendongak menatap Noah yang masih menatapnya dengan datar. "Kamu mau aku apa?"

"Lepas kaos kamu."

Renan melotot, tapi seperkian detik lagi ia mengontrol raut mukanya. "Ak-"

"Oke. Aku anterin pul-"

"Iya aku lepas!" Dengan gerakan yang nampak ragu, Renan menyingkap kaosnya lalu melepasnya dan membuangnya ke sembarang arah. Ia telanjang dada sekarang. Di depan Noah!

Ya tuhan, Renan belum pernah merasakan malu seperti ini sebelumnya. Apalagi dominan di depannya menatapnya tanpa berkedip sedikitpun.

Noah juga sedikit terkejut dengan apa yang Renan lakukan. Ia kira Renan tidak akan senekat itu. Tapi ternyata...

Ah gemas sekali melihat dua bulatan cokelat muda di dada si mungil itu.

Noah mendudukan dirinya di sofa dan menyandarkan pungunggnya di sandaran sofa. Tangannya melambai, meminta kekasih imutnya yang kini telanjang dada untuk mendekat. "Sini, naik pangkuan aku."

Tanpa penolakan, Renan mendudukan dirinya di atas pangkuan Noah dengan posisi berhadapan. Meski begitu, wajahnya tak bisa dibohongi jika submisiv itu seperti menahan tangis.

"Kamu inget tadi aku minta apa di kolam renang?" Tanya Noah setelah submisivnya duduk nyaman di atas pangkuannya. Tubuh telanjang yabg ramping dengan kulit seputih mutiara duduk di atas pangkuannya. Ah, laut saja kalah indah dengan pemandangan di depannya ini.

I'm shy! -norenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang