Indeed

1.5K 133 13
                                    

"Siapa yang lo bilang binal?" Yang barusan mendorong Marko bertanya penuh amarah. "Jawab anjing!"

Marko bangkit lalu menepuk sisi badannya yang sempat menyentuh lantai. Menatap pelaku yang mendorongnya dengan tatapan songongnya. "Kebetulan ada lo. Mau nanya, udah ngapain aja si polos ini sama temen lo?" Marko menunjuk Renan yang sedang dilanda panik. "Pasti udah ngew* ya?"

Jemi sebagi pelaku pendorongan tadi mengepalkan tangannya dengan nafas memburu. Ia tidak terima kedua temannya dituduh yang tidak-tidak. Meskipun jika Renan dan Noah sudah melakukan itu, memang apa urusannya dengan Marko? Suka-suka mereka bukan?

"Apa urusannya sama lo? Iri kan lo? Makanya punya pacar! Oh, gue lupa. Lo kan ngga laku." Jemi mengedikan bahunya acuh. Hal itu memancing emosi Marko.

"Ngaca! Emang lo laku?"

Jemi kalah telak. Ya memang dia sudah lama melajang. Tapi bukan karena tak laku. Dianya memang belum menginginkan menjalin sebuah hubungan.

"Laku ngga laku seenggaknya gue masih punya attitude. Gue ngga pernah nuduh bahkan sampe ngerendahin harga diri submisiv yang kaya lo lakuin barusan."

Marko terkekeh sinis. "Gue ngga nuduh. Tapi emang kek gitu nyatanya kan?" Marko sok tau.

"Terserah situ aja." Jemi sungguh muak. Ia tidak mau lagi meladeni dominan sok tau itu. Lebih baik ia segera membawa Renan pergi.

"Ayo Ren. Noah pasti udah nungguin lo."

-I'M SHY!-


"Eh-eh! Ngapain lo pegang-pegang pacar gue?!" Noah mendapati Jemi yang memasuki kelas dengan tangan yang dengan kurang ajarnya memegang lengan Renan. Ia tadinya tengah menunggu kekasihnya yang tak kunjung datang padahal bel masuk sudah berdering beberapa saat yang lalu. Ia segera menepis tangan Jemi.

Bola mata yang ditepis tangannya bergulir malas. "Pelit amat. Gue abis nolongin pacar lo, asal lo tau!"

"Maksut lo apaan?" Tanya Noah sambil membawa Renan untuk duduk di bangku submisiv itu.

"Tanya aja sama orangnya," kata Jemi malas. Ia menghampiri Heka yang asyik bermain ponsel lalu dengan kurang ajarnya meremas dada submisiv itu hingga sang empu menjerit.

"JEMI BRENGSEK!!!" Teriak Heka. Yang diteriaki langsung lari terbirit-birit menuju tempatnya sendiri. "AWAS AJA LO YA! GUE GERGAJI SELANGKANGAN LO SAMPE ABIS!!"

"Jelasin kalo udah pergantian jam," ujar Noah pada Renan setelah melihat keributan sekilas yang terjadi antara temannya dan teman kekasihnya.

-I'M SHY!-


...BRAKK!

"Brengsek!! Keparat tuh orang!" Noah bersungut-sungut setelah mendengar cerita Jemi tentang kejadian antara dirinya, Renan dan Marko di toilet kelas sepuluh tadi pagi.

Noah, Renan, Jemi dan juga Heka tengah berada di kantin dan satu meja sekarang. Tadinya Noah meminta Renan yang menceritakan kejadiannya, namun submisiv itu tidak mau buka suara dan malah hendak menangis. Akhirnya Jemi pun mengalah dan menceritakan semuanya pada Noah. Mulai dari ia yang mendapati Renan diseret paksa oleh Marko, di bawa ke toilet kelas sepuluh, hingga dituduh dan direndahkan oleh dominan bernama Marko itu.

Nafas Noah memburu. Ia betul-betul tidak terima atas perlakuan Marko pada submisivnya. Ia tidak bisa diam saja.

"Eh! Mau kemana lo?" Jemi mencekal tangan Noah yang hendak pergi.

"Gue harus kasih pelajaran sama si bajingan itu. Minggir!" Noah menghempas tangan Jemi namun tidak sampai terlepas. Tentu saja, tenaganya dan Jemi hampir sama kuatnya.

I'm shy! -norenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang