Lap

1.8K 195 10
                                    

Seperti yang sudah Noah katakan kemarin malam, bahwa ia akan pulang bersama Renan.

Dan masih disini Noah sekarang, di bangkunya sembari menunggu Renan yang nampaknya masih berkutat membereskan buku-bukunya yang tergeletak di atas meja. Padahal, Noah saja tadi hanya membereskan satu buku dan satu pulpen.

Entah Noah yang memang malas atau Renan yang terlalu rajin sehingga anak itu mengeluarkan semua buku dan alat tulis, mulai dari buku biasa hingga LKS. Alahasil, dia ribut sendiri membereskannya.

Setelah melihat pergerakan Renan yang hendak keluar, Noah pun buru-buru menyusulnya.

"Hey! Ngga lupa kan pulang bareng gue?"

"Iyaaa."

Mereka pun berjalan bersisian menuju parkiran sepeda motor tanpa saling melempar kata sedikitpun. Entahlah.

"Nih. Gue sengaja bawa dua." Noah mengulurkan sebuah helm bogo pada Renan. Renan menerimanya dengan canggung. Oh lihatlah, sudah banyak sekali pasang mata menatap kerahnya dan jangan lupakan bisik-bisik yang samar-samar Renan dengar.

Renan tak suka situasi ini.

Percayalah. Noah ini meskipun masih tingkat pertama tapi kepopulerannya sudah sampai tingkat tiga. Dari seangkatan maupun kakak-kakak kelas tak sedikit yang tergila-gila dengan Noah. Secara, Noah itu tampan. Renan akui itu.

Seolah mengerti apa yang dirasakan Renan, Noah pun berinisiatif menenangkannya. "Udah ngga usah diladenin. Kaum-kaum iri ya gitu." Setelahnya, Noah menarik tangan Renan dan menyuruh Noah segera menaiki motor ninja hitamnya.

-I'M SHY!-

"A'a!"

Begitu sampai di dalam rumah Noah, Renan dan juga Noah langsung disambut girang oleh balita yang berlari ke arahnya.

Awalnya Renan ingin sekedar mengambil motornya yang ditinggal di rumah Noah. Tapi Noah memaksa Renan untuk mampir terlebih dahulu. Dan ya, Renan akhirnya tak enak hati untuk menolak. Toh, masih belum sore juga.

Noah merentangkan tangannya, bersiap menangkap sebuah pelukan dari adiknya. Namun, ternyata ia salah besar. Naren rupanya menghampiri Renan dan memeluk kakinya. "A'a antcik kesini lagi! Nalen suka!"

Renan kaget beberapa saat hingga akhirnya ia merendahkan tubuhnya agar sejajar dengan Naren. "Suka banget keliatannya. Kangen ya sama kakak?"

Naren mengangguk antusias lalu memeluk Renan seolah meminta untuk digendong.

"Renn... kasian kakak Renannya capek. Masa minta gendong gitu sih?"

Naren menekuk bibirnya ke bawah lucu sembari memainkan dasi yang Renan kenakan. Tak berniat membalas teguran kakaknya.

"Nggapapa kok, Noah."   Renan pun mencoba menengahi. Lelah tentu saja. Tapi, untuk menggendong Naren yang menggemaskan sama sekali tak membuatnya keberatan. Ini sudah menjadi makanannya sehari-hari.

Ya, Renan memiliki adik sepupu seumuran Renan dan kebetulan rumahnya persis di sebelah rumah Renan. Karena itu, setiap hari Renan akan mampir atau supupunya yang mampir ke rumahnya.

"Jadi ngga enak nih gue."

"It's okay."

Noah pun mengangguk. "Bunda mana Ren?" Tanyanya pada anak kecil yang masih asyik bergelayut manja di gendongan si pemuda manis.

Yang ditanya menggeleng lucu. "Agi masak."

"Naren sama a'a aja ya... kasian kak Renan capek. Oke?" Bujuk Noah kemudian. Ia sungguh merasa tak enak dengan Renan. Meskipun pemuda itu tak menampakkan kelelahan sama sekali, tapi tetap saja Noah tidak tega.

I'm shy! -norenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang