Sorry

1.7K 166 1
                                    

Sudah sekitar empat hari sejak kejadian dimana Noah 'sedikit melecehkan Renan', Renan sedikit menghindari dominan itu. Bukannya Renan marah. Marah sih, tapi sedikit. Ia hanya merasa risih dengan Noah. Lagipula, jika Renan bersikap biasa saja, ia akan terlihat seperti menerima segala lecehan Noah kala itu. Bukankah Renan akan terlihat seperti murahan? Maka dari itu Renan menghindari Noah agar dominan itu sadar, pelecehan yang pernah ia lakukan pada Renan membuat submisiv itu marah.

Dan juga, bukankah Noah pernah menyelamatkan Renan dari pelecehan Yandu? Renan pikir Noah tidak akan melakukan hal serupa.

Tapi, Renan tidak bisa sepenuhnya menyalahkan Noah. Kata 'terbawa suasana' Renan akui. Renan pun tak akan mengelak jika 'kala itu' ia juga terbuai. Mungkin jika Naren tidak menghambat aksi Noah, mereka sudah melakukan lebih.

Seperti saat ini. Renan baru saja keluar dari toilet dan ia berpapasan dengan Noah yang tiba-tiba menahan tangannya.

"Lo marah ya sama gue?" Tanya Noah sembari membawa Renan menepi karena tadi mereka di tengah jalan.

"Engga," jawab Renan dan membiarkan tangan Noah tetap bertengger di lengannya.

"Gue minta maaf. Gue ngga bisa tenang kalo lo nyuekin gue terus."

Renan menatap sekilas dominan yang tengah menatapnya penuh permohonan. Ditepisnya tangan sang dominan dengan pelan tanpa ada niatan membalas ucapannya. Ia cukup kehabisan kata.

"Oke. Gue emang udah kurangajar. Lo boleh pukul gue, tapi jangan cuekin gue, please."

"Siapa yang nyuekin kamu? Biasa aja tuh."

Noah meraih kedua tangan Renan lalu menggenggamnya erat dan menatap submisiv di depannya dengan pandangan yang sulit diartikan. Sang empu tersentak. "Sejak kejadian itu lo selalu ngehindar kalo gue samperin. Gue ajak ngomong ngga pernah dijawab. Apa itu namanya kalo bukan nyuekin?"

"Aku cuma risih aja," balas Renan tanpa membalas tatapan lawan bicaranya.

"Gara-gara itu?"

"Pikir aja sendiri."

Noah malah terkekeh melihat rajukan Renan yang terlihat begitu menggemaskan. "Maaf, gue keb-"

"Kebawa suasana. Iya aku ngerti kok," potong Renan.

"Wajar kan? Waktu itu posisi kita intim banget. Di tambah lo pake celana pendek. Liat paha semulus itu siapa coba yang ngga sange?"

Bukannya marah, Renan malah tersipu dengan ucapan Noah yang sangat frontal. Renan mendorong bahu Noah yang sejak tadi semakin mendekat tubuhnya. Entah tidak sadar atau memang sengaja dominan itu lakukan.

"Eh kemana?" Noah menahan tangan Renan karena submisiv manis itu tiba-tiba hendak keluar.

"Balik ke kelas," jawab Renan masih dengan posisi membelakangi Noah dengan Noah yang menahan lengannya.

"Maafin gue dulu."

"..."

"Maafin gue atau gue cium?"

"C-coba aja kalo berani," balas Renan menantang berbanding terbalik dengan tubuhnya yang sudah panas dingin. Semburat merah di pipi chubby-nya pun sangat kontras. Untung saja posisinya membelakangi Noah.

"Lo nantangin gue?"

Renan hendak menepis tangan Noah. "Lep- eh?" Dalam satu tarikan Noah berhasil membuat Renan berada di kungkungannya. Tangan besarnya berada kedua sisi tubuh Renan membuat submisiv cantik itu tak bisa berkutik.

"Noah~" Renan menggigit bibirnya gugup. Hal itu justru membuat Noah yang tadinya hanya iseng kini benar-benar ingin menyentuh bibir penuh namun mungil yang tengah digigit sang empunya itu.

I'm shy! -norenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang