Memang semenjak kejadian ...err di kamar Renan, Renan menjadi lebih banyak diam di depan Noah. Noah yang menyadari alasan mengapa submisiv itu lebih banyak diam pun ikut diam. Noah tau Renan pasti marah dengannya. Dan sekarang Noah hanya melakukan apa saja yang submisiv itu minta.
Keduanya di kantin bersama. Ada Jemi dan Heka juga. Sepertinya dua pemuda yang kerap kali bertengkar itu semakin dekat saja. Noah jadi iri, ia yang memiliki kekasih saja tidak sedekat itu sekarang. Ya, submisivnya bahkan tidak mau menatapnya sama sekali.
"Kalian berdua kenapa sih? Diem-dieman mulu. Berantem?" Jemi yang habis menerima suapan Heka itu bertanya heran pada sahabtanya yang duduk tepat di sebelahnya. Tadinya sih, Jemi ingin duduk di sebelah Heka. Tapi berhubung Renan tidak setuju, ya jadi seperti ini.
Jemi sedari beberapa hari yang lalu memang sudah bingung dengan sikap sepasang kekasih itu. Keduanya sama-sama diam dan Noah yang notabennya dominan pun tidak ada gelagat untuk membujuk submisivnya. Sebenarnya ada apa dengan mereka ini?
"Ngga. Gue biasa aja tuh," jawab Noah seadanya. Noah memang sedang tidak marah atau pundung sama sekali. Ia hanya ingin mengikuti alur dan kemauan yang kekasihnya inginkan. Ia tidak mau lagi egois dan membuat kekasihnya risih. Cukup kejadian tempo hari membuatnya menyesal dan berakhir Renan mendiaminya seperti sekarang.
"Tapi kalian kaya lagi kemusuhan gitu sih? Apa gara-gara omongan Marko waktu itu?" Kini Heka gantian bertanya karena ia juga penasaran.
Renan yang merespon. Ia menggeleng samar. Raut mukanya terlihat sangat tidak bersemangat. Cara makannya pun terlihat sangat tidak berselera. Padahal, yang ia makan adalah makanan kesukaannya. Sosis bakar.
"Emang kalo pacaran harus keliatan mesra tiap hari?" Renan mengangkat satu alisnya menatap Heka.
"Yaa... ngga juga sih. Maksud gue, kalian ngga biasanya kaya gini. Biasanya Noah nempel mulu tuh sama lo. Sekarang? Ngobrol aja ngga. Kan gue jadi kepo."
"Ya makanya nggausah kepo."
Jemi hampir saja tertawa melihat bagiamana ekspresi kesal Heka. Submisiv itu nampak ingin memukul kepala orang di sebelahnya. Namun mana mungkin anak itu tega.
-I'm shy!-
"Renan."
"Ya?"
"Aku anterin pulang." Entah sudah menjadi ucapan tawaran ke berapa yang Noah lontarkan pada Renan sejak sekitar satu minggu yang lalu. Namun, submisiv cantik itu tetap kekeuh menolak ajakan tulusnya. Demi Tuhan, Noah tulus mengantar Renan tanpa menginginkan imbalan apapun. Ia hanya ingin kekasihnya tidak perlu mengeluarkan uang untuk biaya angkutan umum. Dan mengingat Renan yang sekarang tidak memiliki kawan untuk pulang bersama karena Juan sudah lulus tahun lalu, Noah semakin tidak tega.
Renan menyampirkan tas ranselnya lalu menatap Noah dengan senyuman tipis. "Makasih. Tapi aku mau pulang sendiri aja. Aku mau mandiri."
"Renn... " Noah menahan tangan kurus kekasihnya. "Kamu udah ngga pernah mau diajak berangkat bareng. Ngga mau main lagi ke rumah aku. Please, seenggaknya izinin aku buat nganterin kamu pulang."
Renan menggeleng yang mana langsung membuat tatapan Noah semakin sendu. "Aku pulang duluan ya? Kamu ati-ati bawa motornya." Renan tersenyum sangat manis. Biasanya senyum itu yang membuat hati Noah seperti ditumbuhi ribuan bunga-bunga surga. Namun sekarang, senyum itu seakan menghantam dadanya.
Noah memandang kepergian Renan dengan sendu. "Kamu kenapa sih Ren? Aku tau aku emang brengsek. Tapi seenggaknya kasih aku kesempatan buat minta maaf sama kamu. Aku ngga bisa kaya gini terus, Ren."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm shy! -noren
Fanfiction"Kamu tuh kapan ngeselinnya sih? Gemesin mulu. Heran." ⚠️bxb ⚠️fanfict ⚠️mature🔞 Anggap saja, dunia cerita ini isinya hanya Dom & Sub. Homophobic dilarang keras menginjakan mata di sini. Jika pada part ada tanda ini-⚠️ dan ini-🔞, harap yang di baw...