Lipbalm

1.5K 148 5
                                    

Nyatanya tidak bisa selama itu Renan terus melipat bibirnya ke dalam. Bahkan baru sampai pintu kantin saja bibirnya sudah terasa begitu pegal dan kebas. Dan pula, Heka terus saja mengoceh membuat Renan mau tak mau ikut membuka mulut.

"Ren, pacar lo noh," ujar Heka begitu sampai di kantin dan submisiv itu melihat adanya Noah yang sedang dikelilingi beberapa submisiv cantik.

Renan mengikuti arah pandang Heka dan tangannya ia kepal erat begitu melihat pemandangan yang lagi-lagi membuatnya mendidih. Noah benar-benar membuat Renan jengkel. Apalagi saat dominan itu melihat ke arahnya namun hanya seperkian detik langsung mengalihkan pandangannya lagi seolah kehadiran Renan tak berarti di sini.

Oke, Renan memutuskan untuk balas dendam. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh kantin dan kebetulan tidak ada meja kosong lagi selain satu meja yang diisi 4 dominan yang menyisakan 2 bangku kosong.

Seolah mengerti arti arah pandang Renan, Heka bertanya, "lo mau duduk di sana?"

Renan nampak menimang. Satu sisi ia ingin membalas dendam pada Noah, tapi di sisi lain ia tidak berani. Ia tidak siap untuk berhadapan dengan 4 dominan yang terlihat sedikit nakal itu.

"Tenang aja, gue kenal sama salah satu dari mereka kok. Dia tetangga gue," tambah Heka.

Setelah berpikir beberapa saat, Renan pun menganggukinya meskipun sedikit ragu. Dan setelah memesan makanan, mereka benar-benar menghampiri meja dominan-dominan tak dikenalnya.

"Sini Ka, duduk bareng kita aja. Tuh masih kosong buat kalian." Salah satu dominan yang pertama kali menyadari kehadiran dua submisiv manis itu berujar. Ketiga dominan lainnya yang masih sibuk dengan kegiatannya sendiri kini menatap dua submisiv yang masih mematung di sisi meja. Oh, sudah melakukan kebaikan apa mereka hari ini sehingga kedatangan dua bidadari secantik Renan dan Heka.

"Beneran nih? Ngga ngganggu kan?" Tanya Heka meyakinkan.

Dominan yang katanya tetangga Heka itu mengangguk mantap lalu menepuk bangku di sebelahnya untuk menyuruh Heka mendudukinya.

"Thanks ya, Rik."

"Santai aja," balas dominan yang diketahui bernama Erik itu. Dan setelahnya dua submisiv manis itu duduk di sebelahnya dengan Heka yang tepat di sampingnya sedangkan Renan di ujung meja.

"Lo Renan kan? Pacarnya Noah?" Dominan yang duduk di seberang Heka bertanya ketika menyadari ada sumbisiv cantik di depannya.

Yang ditanya mengangguk pelan.

"Pantesan Noah pacarin. Liat, cantik banget bro." Dominan yang duduk di ujung meja atau duduk di seberang Erik itu menyeletuk sambil menyenggol lengan temannya.

"Kenapa? Mau jadi pelakor lo?" Erik menyahuti.

"Jangan maen-maen deh kalo ngga mau di amuk Noah," sahut dominan yang duduk tepat di seberang Renan.

Renan yang dihadapi situasi seperti itu bingung harus berbuat apa. Ia tidak bisa bersikap biasa saja seperti yang Heka lakukan. Niat hati ingin pergi saja tapi nyalinya tidak seberani itu.

Setelah itu tidak ada yang mulai percakapan lagi. Merasa waktunya sudah tepat, Renanpun mulai memakan makanannya karena ia sudah sangat lapar. Tadi pagi ia tidak sempat makan karena suasana hatinya yang mendung membuat nafsu makannya hilang.

Tapi baru saja Renan meminum susu kotaknya dan hendak mengaduk makanannya, sebuah tangan besar mencengkram lengannya dan memaksanya untuk bangkit. Dia mau tak mau meninggalkan makanannya dan mengikuti langkah dominan yang kini menyeretnya dengan kasar.

"Noah pelan-pelann!"

Begitu sampai di taman belakang sekolah, semua orang yang berada di sana langsung meninggalkan tempat itu menjadi kosong. Entah apa yang membuat mereka bisa pergi begitu saja hanya dengan kehadiran Noah. Renan tak memusingkan itu karena yang menjadi masalah adalah tatapan Noah yang sangat berbeda dari biasanya. Mata yang biasa tersenyum itu kini menatap tajam objek di depannya.

I'm shy! -norenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang