Noah terbangun, ia melirik jam beker di atas nakas yang menunjukan pukul 1 siang. Ia lupa jam berapa ia tertidur dengan kekasihnya. Ah, iya kekasihnya. Ia melirik ke samping, di mana wajah mungil yang sedang terlelap itu. Tangannya terulur, mengusap lembut kepala submisivnya. Ia senyum-senyum sendiri mengingat apa yang mereka lakukan beberapa waktu lalu. Bisakah Ia melakukannya lagi?
Tidak. Noah tidak setega itu. Ia pun bangkit, mengambil handuk di kamar mandi untuk menutupi tubuhnya yang telanjang itu. Setelahnya ia mengambil selimut baru di dalam lemarinya untuk mengganti selimut penuh cairan ejakulasi yang kini tengah menutupi tubuh telanjang kekasihnya. Dengan hati-hati selimut yang sedang menghangatkan Renan itu ia turunkan. Niatnya ingin segera menutupi tubuh indah yang telanjang itu karena takut kedingingan. Namun, dia malah terdiam, melihat submisivnya terlentang, menampakan tubuh indahnya yang dihiasi beberapa ruam keunguan. Tatapannya tertuju pada benda mungil yang juga tertidur lucu. Ow, menggemaskan sekali.
Tubuh Noah membungkuk, mendekatkan wajahnya pada benda kemerahan yang terlihat lucu dimatanya. Ditatapnya lamat-lamat benda itu sebelum sebuah kecupan mendarat di sana. Sebenarnya satu kecupan saja tidak cukup. Tapi ia tidak mau kekasihnya terganggu karena ulahnya. Ia pun bergegas membereskan baju-baju milik Renan yang berserakan di lantai dan menaruhnya di atas kasur. Ia lalu pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan menuntaskan hasratnya. Ya, Noah terangsang karena ulahnya sendiri.
Cukup lama Noah berkutat di kamar mandi sebelum ia keluar dari ruangan itu dengan pakaian rumahan dan keadaan yang lebih segar.
"Sayang..." Noah menepuk pelan pipi Renan yang berisi setelah membenahi handuknya. "Bangun sayang, keburu Bunda sama Ayah pulang, ayo."
Yang dibangunkan mengerang dan merengek seperti anak kecil. Mata cantiknya mengerjap-ngerjap malas. Dan begitu matanya menangkap jelas sosok tampan di depan matanya, ia langsung terkesiap. Wajahnya kentara sekali tengah kebingungan. Apalagi ketika sosok tampan di depannya tiba-tiba mencium bibirnya begitu lembut.
"Kenapa, hm? Kaya orang bingung gitu." Noah terkekeh gemas setelah melepas kecupannya. Melihat wajah Renan yang kebingungan tadi sangatlah menggemaskan.
Butuh beberapa detik untuk Renan mengumpulkan kesadarannya. Dan ia baru ingat, jika ia melakukan... ehm, dengan Noah beberapa saat lalu. Ia terdiam, menatap kosong lampu cantik di atasnya. Tiba-tiba ia merasa takut. Ia merasa tidak tenang seperti telah melakukan dosa besar.
Padahal, memang seperti itu bukan?
"Hey, kok nangis? Kenapa sayang?" Noah bergerak panik setelah melihat lamunan Renan dan berujung submisiv itu menangis.
Gelengan pelan Renan berikan untuk respon atas pertanyaan Noah. Ia meremat kencang selimut yang menutupi tubuh telanjangnya. Ia merasa sangat-sangat jalang. Padahal, sebelumnya ia sudah memikirkan matang-matang tentang hal ini. Tapi kenapa rasanya tetap saja tidak mengenakan.
"Ren... kenapa? Ada yang sakit, hm?" Gelengan lagi Noah dapatkan. Ia menghela nafas panjang. "Sekarang kamu bersih-bersih dulu ya?"
Renan mengangguk lemas. "T-tapi kamu tutup mata."
"Hm?" Noah menaikan satu alisnya bingung.
"Aku maluu... aku ngga pake baju," cicit Renan.
Noah ingin memprotes tapi urung setelah melihat gurat-gurat kesedihan di wajah kekasihnya. Ia pun mengangguk dan mengambil bantal guling untuk menutupi matanya. "Udah, cepetan gih."
Tanpa disuruh pun Renan pasti akan cepat-cepat. Ia mengambil bajunya yang ada di sisi ranjang sebelum berjalan cepat ke kamar mandi.
-I'm shy!-

KAMU SEDANG MEMBACA
I'm shy! -noren
Fanfiction"Kamu tuh kapan ngeselinnya sih? Gemesin mulu. Heran." ⚠️bxb ⚠️fanfict ⚠️mature🔞 Anggap saja, dunia cerita ini isinya hanya Dom & Sub. Homophobic dilarang keras menginjakan mata di sini. Jika pada part ada tanda ini-⚠️ dan ini-🔞, harap yang di baw...