Almost

1.8K 195 4
                                    

"Gue ajarin mau ya?"

Renan nampak menimang ucapan Noah. Sejujurnya ia malas, tapi disisi lain ia ingin bermain dengan Noah. Iya bermain dengan Noah.

"Ngga ngerepotin?"

"Ngga sama sekali. Sekalian nungguin bokap lo juga kan? Kayaknya bakal malem baliknya."

Ekspresi Renan yang semula tenang kini berubah panik dan cemas. Ia baru menyadari jika ia sudah lama bertamu di rumah Noah, dan itu artinya hari sudah mulai gelap. Itu tidak boleh terjadi!

"Kenapa?" Tanya Noah melihat raut kecemasan Renan. Jari-jari mungilnya pun tak berhenti dimainkan sembari sesekali menengok kearah pintu utama.

"Mereka kenapa ngga balik-balik ya? Aku takut kemaleman."

"Ya wajar lah. S***** kan lumayan jauh dari sini. Emang kenapa sih kalo kemaleman?"

Tengkuk yang tidak gatal sama sekali Renan garuk. Malu saja jika mengatakan yang sejujurnya pada Noah tentang ia yang takut membawa motor malam-malam.

"Nggapapa, hehe." Akhirnya itu yang keluar dari mulut kecil Renan.

Noah sih mengangguk saja. Tidak ingin terlihat terlalu kepo. "Jadi diajarin main PS ngga?"

"PS? Katanya mabar?"

"PS aja deh. Enakan PS soalnya." Bohong. Ini hanya akal-akalan Noah agar bisa memodusi Renan.

Renan ini sangat manis. Sangat disayangkan pula jika Noah tidak curi-curi kesempatan alias modus. Sudah pernah dituliskan bukan, jika Noah ini suka mencari kesempatan untuk menyentuh submisiv cantik?

"Beneran ngga ngrepotin?" Renan menatap Noah yang sudah berdiri. Tatapan Renan sungguh membuat Noah gemas. Apalagi dengan posisi atas-bawah seperti ini.

"Ngga, bawel. Ayo ke kamar gue."

Mendengar kata kamar sontak Renan menahan tangannya yang entah sejak kapan sudah ada di genggaman Noah. Lihatlah, Noah sangat pandai mencuri kesempatan.

"Kenapa lagi?"

"K-kamar?"

"Iya. Emang kenapa? PSnya ada di kamar gue."

"Tenang aja, gue ngga bakal ngapa-ngapain lo kok," tambah Noah ketika melihat raut gugup Renan.

"Kalo ngga kelepasan," batinya menambahi lagi.

Akhirnya Renan hanya bisa pasrah menuruti seretan lembut Noah. Oh ayolah, hanya dengan digenggam tangannya saja hatinya sudah bergejolak. Apalagi sudah di kamar nanti?

Tau kah? Renan adalah submisiv pertama yang akan memasuki kamar Noah. Selama ini, hanya Jemi lah yang kerap Noah ajak ke kamar.

Baru saja di depan pintu, suara berisik dari ruang utama menghentikan acara Noah membuka pintu. Sepertinya, ayah dan rekan kerjanya itu sudah pulang.

"Bunda pulaang..."

Terdengar suara ketukan sepatu di lantai dan juga suara anak kecil.

"Nyokap gue pulang," kata Noah. Ia mengurungkan niatnya masuk ke kamar dan memilih membawa Renan turun lagi ke lantai utama untuk menemui ibunya.

"Eh, siapa nih?" Pria paruh baya yang nampak sangat anggun dan cantik itu keheranan setelah melihat adanya Renan. Ditambah lagi kehadirannya berasal dari kamar putranya.

"Dia anaknya Pak Yuda Bun, temen sekelas Noah juga."

Pria yang sering disapa Tian itu ber-oh ria sembari menurunkan balita berumur sekitar tiga tahun yang memang sejak tadi merengek minta diturunkan.

I'm shy! -norenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang