Satu semester tak terasa telah terlewati. Berbagai macam hal telah orang-orang lewati dalam kurun waktu kurang lebih 4 bulan itu.
Jika ditanya hubungan Renan dan Noah sudah membaik atau belum, jawabannya tidak ada.
Lagipula apa alasan mereka untuk dikatakan 'hubungan mereka tengah memburuk'? Bukannya mereka tidak lebih dari sekedar teman? Mereka pun bersikap biasa saja.
Biasa saja bagi orang yang melihatnya. Namun tidak bisa disebut biasa saja bagi Renan dan Noah, mungkin. Sejak kejadian dimana Renan tiba-tiba bersikap dingin dengan Noah, mereka tak lagi ada kedekatan lebih. Tidak ada mengobrol, main ke rumah, atau skinship. Mereka bersikap seperti sebatas kenal, tidak lebih.
Noah sempat meminta maaf pada Renan, dan submisiv itu memaafkannya. Tapi sikap dinginnya tak berubah sama sekali. Hingga sekarang, Noah terbiasa. Terbiasa menganggap Renan sebagai angin lalu, seperti yang submisiv itu lakukan padanya.
Untuk Renan, jujur saja ia pernah menaruh hati pada pemuda berahang tegas itu. Tapi, semenjak ia menyadari jika ia tidak mungkin memenangkan hati seorang Noah, Ia memilih berhenti. Ia selalu menghindari Noah agar tidak terus-terusan terjerumus dengan pesonanya. Dan semuanya berbuah hasil. Sedikit demi sedikit ia tidak merasa cemburu lagi ketika melihat orang yang pernah ia puja menggoda atau bahkan bermesraan dengan submisiv lain.
Entah Renan harus merasa senang atau sial kali ini. Bagaimana tidak? Renan diharuskan menjadi chairmate Noah selama ulangan semester ini berlangsung, begitu juga saat ulangan semester kedepannya. Renan tidak bisa berbuat apa-apa karena itu semua sudah diatur pihak sekolah.
Renan duduk di kursi yang telah ditata sesuai nomor abzen. Noah belum kelihatan batang hidungnya. Mungkin pemuda itu masih di luar dan masuk setelah bel benar-benar menyuruhnya masuk. Kebiasaan siswa nakal.
Hingga setelah beberapa menit Renan membaca ulang materi kisi-kisi mata ulangan hari ini, bel masuk berbunyi. Darisitu, siswa-siswa yang tadinya asyik nongkrong di depan kelas kini digiring masuk oleh para pengawas.
Renan berpura-pura memasukan bukunya ke dalam tas ketika Noah mulai mendekati kursinya.
"Renan?"
Yang dipanggil menoleh. "Ya?"
"Gue duduk sama lo?"
Renan mengangguk lalu kembali ke sok sibuknya lagi. Mengeluarkan papan alas tulis dan bolpoin.
"Ngga nyangka gue bisa chairmate sama lo."
Renan tak menjawab. Mau menjawab pun tak akan sempat karena guru pengawas sudah mulai membagi kertas soal ulangannya. Renan membaca soalnya dengan serius membuat orang yang duduk di sebelahnya meliriknya sekilas.
Sama seperti tampilan luarnya, Renan adalah orang serius ketika menghadapi sesuatu yang menurutnya memang harus disikapi serius. Seperti dalam ujian seperti ini. Bukannya ia sok pintar atau sok rajin. Tapi, dengan serius ia bisa berkonsentrasi lebih dalam mengingat materi. Masalahnya, ia bukan tergolong siswa yang pandai meskipun tidak bodoh-bodoh amat.
Dalam seriusnya, Renan merasakan pahanya ditepuk seseorang. Ia pun menoleh sekilas pada sang pelaku. Siapa lagi jika bukan Noah?
Mendapat respon yang tak berarti, Noah kembali menepuk paha Renan agar sang empu mau menoleh lagi. Ia melihat Renan melirik ke arah guru pengawas sebelum menoleh ke arahnya dan mengangkat sebelah alisnya.
"Nomor 3 essay," bisik Noah sembari mengacungkan 3 jarinya di bawah meja.
Renan mendengus pelan lalu menggeser sedikit lembar jawabnya pada Noah. Noah tersenyum sumringah ketika melihat lembar jawab submisiv cantik itu sudah hampir terjawab seluruhnya. Ia pun menyalin jawaban Renan pada lembar jawab miliknya dengan tergesa. Takut keburu Renan menarik lembar jawabnya lagi sebelum ia menyalin seluruh jawaban Renan.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm shy! -noren
Fanfiction"Kamu tuh kapan ngeselinnya sih? Gemesin mulu. Heran." ⚠️bxb ⚠️fanfict ⚠️mature🔞 Anggap saja, dunia cerita ini isinya hanya Dom & Sub. Homophobic dilarang keras menginjakan mata di sini. Jika pada part ada tanda ini-⚠️ dan ini-🔞, harap yang di baw...