e n a m

20.7K 1.5K 51
                                    

"Eh kontol copot!"

Marvin terkejut bukan main melihat pintu itu terbuka dengan lebar, dia refleks berdiri dari duduknya.

"Marvin, kamu-"

Dengan keadaan yang benar-benar absurd itu, Marvin membelakangi Mahen. Tak perduli Kepala sekolahnya jantungan melihat sikap Marvin, dia sudah di ujung tanduk.

"Sorry, pak ahhh bentar lagihh mmnhh."

Dengan modal nekat, Marvin mengocok batang penisnya lagi dan kali ini lebih cepat. Perasaannya berdebar takut, tapi keadaannya tidak memungkinkan untuk Marvin berlarian kabur.

"Pantat kamu mulus juga,"

Mahen tidak berbohong. Untuk ukuran remaja, pantat Marvin terbilang mulus. Terjaga dan terawat seperti pantat bayi.

"Vin,"

Marvin menggeram kesal ketika pikirannya tidak berpusat pada hal-hal jorok, akibatnya dia susah untuk orgasme. Apalagi kehadiran Mahen, membuatnya gagal fokus.

"Marvin!"

"Apasih pak?!" Marvin sebal, dia sedikit tersiksa dengan situasinya.

"Kok kamu yang marah?!"

Marvin menoleh dengan wajah memelas, mana dia tidak pakai celana. Malu banget sumpah!! "Pak, keluar dulu. Saya susah konsentrasi, sakit loh pak tegang gini."

Mahen terbahak, melihat jelas wajah Marvin yang begitu memerah. Entah karena menahan libidonya yang sedang tinggi, atau karena malu dengan kehadiran Mahen.

"Pliss pak, sesama cowok ngertiin lah. Hukumannya nanti aja."

Marvin berbicara dengan membelakangi Mahen. Tidak menghadap Mahen saja sudah sangat malu, apalagi berhadapan.

"Mau saya bantu gak?"

Marvin mendecak sebal, "Pak Mahen bercandanya gak lucu! Keluar dulu ih."

Mahen menahan senyumnya sedari tadi, dia tahu hal ini terlalu jauh dari rencananya. Tapi siapa sangka, situasinya terus membawa ke hal-hal absurd seperti ini. "Saya tunggu di luar."

Marvin menghela napas lega, dia kembali mengocok batang penisnya. Memberikan servis terbaik dari tangannya itu agar penisnya mengeluarkan beban yang sedari tadi tertahan.

"Vin,"

"Pak Mahen, mmnhh apaan?"

Marvin benar-benar akan muncrat kalau saja sosok Mahen tidak kembali masuk ke bilik toilet itu. Otomatis Marvin berdiri dari duduknya, dia membelakangi Mahen. "Belum keluar Pak, bentar lagihh."

Marvin berbicara sedikit mendesah karena gerakan tangannya tak mau berhenti, dia sudah benar-benar di ujung.

"Maaf ya,"

Mahen mendekat ke arah Marvin yang membelakanginya itu. Dapat Marvin rasakan, hembusan nafas hangat menyapa tengkuk belakang lehernya.

"Pak, ini..."

Mahen menegang seketika, telapak tangan Mahen yang besar dan sedikit kasar itu menggenggam penisnya.

"Kamar mandi saya kedap suara," bisik Mahen.

Bukan apa-apa, Marvin malu jika dia mengeluarkan desahannya. Karena yang mengocok penisnya itu tangan Mahen.

"Pak Mahen mmnhh,"

Mahen juga sepertinya hilang akal, dia benar-benar sudah bertindak terlalu jauh dengan muridnya ini.

"Ahhh mau keluar Pak mmnhh,"

Raja bokep meet Principal [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang