d u a d e l a p a n

10.5K 665 56
                                    

"Rin,"

Perempuan itu menoleh dengan wajah bingung, sangat asing baginya untuk mengenali orang yang berada tak jauh dari dirinya terduduk.

"Kamu siapa?"

"Faiz,"

"Hai Faiz! Nama aku Sherin,"

Faiz melotot tidak percaya, dia melirik Septian dengan penuh tanya. "Dia emang Sherin tapi berwajah Airin."

"Kenapa bisa?"

"Gue juga gak tahu tapi karena Airin itu Sherin jadi gak bebas tinggal di sini."

"Maksud lo?"

"Dia selalu di cari dan pernah suatu hari Sherin masuk rumah sakit jiwa dengan identitas Airin."

Faiz tahu itu, semuanya jebakan. Kepala sekolahnya yang bodoh itu masuk tanpa basa-basi ke dalam perangkap setan. Faiz yakin dalang dari semuanya ini adalah Candra.

Candra, pria itu menginginkan gedung yayasan yang sekarang di pimpin oleh Mahen. Harta memang segala-galanya bagi manusia serakah seperti Candra.

Lagi-lagi Faiz memikirkan kejadian kemarin-kemarin, dia sangat yakin penjahat sesungguhnya itu Candra. Tapi bagaimana cara memberitahu semua orang?

"Morning ayang!!"

Faiz menoleh ke sumber suara, dia melotot sedikit ketika pemandangan itu. Manuel berdiri di ambang pintu kamar mandi hotel dengan bertelanjang badan dan tubuhnya basah.

"Mandi yuk,"

Faiz tertawa kecil, masih pagi sudah membuat moodnya bagus. Tidak heran dia selalu nyaman bersama Manuel setiap saat.

"Kenapa gak bangunin aku?" tanya Faiz sembari beranjak dari kasur dan menghampiri Manuel.

"Kamu keliatan capek, jadi aku gak tega banguninnya."  kata Manuel dengan cengiran khasnya. Tampan sekali! Apalagi dengan rambut basah seperti itu.

Sampai di hadapan Manuel, Faiz melebarkan kedua tangannya seolah minta dipeluk. "Gendong,"

"Loh tiba-tiba banget?"

"Emang gak boleh?!"

Manuel terbahak, uke memang setipis tisu kesabarannya. "Lucu deh Ayangnya Abang El."

"Faiz ayangnya Bang Manu, wlee!"

Manuel lagi tertawa mendengar nada bicara Faiz yang seperti anak kecil padahal seharusnya dia sudah dewasa karena usianya lebih dari 17 tahun.

Sangat berbeda aktivitas dengan Marvin, dia masih berhubungan seks. Memang segila itu kepala sekolahnya. Marvin menyesal telah membangunkan singa kelaparan seperti Mahen.

"Berhentihhh nghhh duluhhh, aghh pliss!"

Sudah ke berapa kali Marvin memohon untuk berhenti, tetapi Mahen terlalu tuli untuk mendengar permohonan itu.

"Daddyhhh eunghh Vin nda kuat ahhh ahhh."

"Bawel!"

Mahen merobek sprei kasur lalu mengikatnya di mulut Marvin agar bocah itu tidak berisik. Tanpa belas kasih sama sekali, Mahen menarik kedua tangan Marvin ke belakang seperti menunggagi kuda, Mahen terus menumbuk keras prostat Marvin di dalam lubang anusnya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Raja bokep meet Principal [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang