d e l a p a n b e l a s

16.3K 1.4K 115
                                    

Sekitar dua minggu berlalu dengan hari-hari yang berat karena seseorang yang amat disayang telah pergi untuk selamanya. Faiz maupun Marvin sekitar semingguan terpuruk dalam kesedihan. Sekarang semuanya terlihat kembali seperti biasa walaupun tetap rasa sedih itu ada.

"Harus banget ya ciuman di setiap pagi?"

Manuel tertawa, dia lupa bahwa ada manusia jomblo di Apartemennya. "Sorry, abis bibir Faiz nagih."

Faiz melotot kecil, dia memukul pelan tangan Manuel. "Kok jadi aku yang salah?"

"Ayang ngegoda sih, hehe."

Marvin mendelik jijik, bukan jijik sebenarnya. Tapi iri karena Faiz tidak lagi jomblo sedangkan dia masih jomblo. Dunia memang tidak adil! Kalau gini caranya, Marvin semakin ingin menjadi duyung.

"Di sekolah cariin gue jodoh yuk, Iz!"

"Heh sekolah buat menuntut ilmu bukan mencari jodoh!"

Manuel tertawa mengejek, dia senang saja melihat Adiknya ternistakan.

"Awas lo kalau gue dapat sugar daddy  gak bakal gue ajak kaya!"

Faiz dan Manuel saling bertukar pandangan sebelum akhirnya tertawa bersamaan. Lebih tepatnya menertawakan perkataan konyol Marvin.

"Ngaco kamu mah, Vin." ujar Manuel.

"Males ah!"

Marvin melahap roti panggang itu dengan wajah ditekuk sebal. Dia merasa ternistakan karena Faiz selalu membela Manuel sekarang ini.

"Oh ya Vin, pulang sekolah mau ikut ke makam Nenek gak?"

"Sore dong?"

Faiz mengangguk mengiyakan sembari mengolesi selai stroberi di roti panggangnya.

"Hari minggu aja lah."

Bukan apa-apa, Marvin takut hantu. Sore hari akan terasa lebih menyeramkan ketika di kuburan.

"Minggu aja atau takut?" tanya Manuel, menggoda Marvin.

"Apaan sih bang?! Abang tuh gak di ajak!"

Manuel tertawa, dia sudah tahu bahwa Marvin takut dengan hantu. Bahkan anak itu tidak pernah berani menonton film horor.

"Yaudah, lo jaga rumah."

Marvin mengangguk setuju. Lebih baik sendirian di rumah daripada ke kuburan pada sore hari. Di rumah bisa menonton bokep jadi tidak ada yang perlu ditakutkan.

"Udah siang nih, yuk berangkat."

Faiz biasanya mencuci piring bekas sarapan sebelum pergi ke sekolah namun akhir-akhir selalu dicegah oleh Manuel. Karena pekerjaan rumah sudah yang mengurus.

"Bang nanti beliin Vin anak ayam!"

Marvin terpesona dengan anak-anak ayam berwarna-warni yang mangkir di sekolah TK dekat kompleks rumahnya.

"Iya kalau inget."

"Jangan lupa ingetin Abang gue ya, Iz?!"

Faiz mendelik, "Kok gue?"

"Lo itu Kakak Ipar gue!"

Manuel tertawa. Faiz jadi malu dengan perkataan Marvin yang tanpa pikir itu.

"Ya? Faiz ya?"

"He'em, nanti gue ingetin."

Marvin senang tentunya. Setidaknya akan ada kawan baru walaupun itu hewan peliharaan. Dia mengerti situasi Abangnya, bahwa Faiz tidak wajib menemaninya.

Raja bokep meet Principal [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang