t i g a p u l u h

14.8K 762 61
                                    

"HARUSNYA GUE JADI JAHAT!"

"Ron, lu hebat bisa ngerubah diri." kata Faiz, berusaha menenangkan kawannya.

"Tapi karena gue baik, gue perduli Marvin, sekarang Kak Dirga koma. Harusnya gue pura-pura gak liat aja kemarin, bodoamat Marvin mau mati sekalipun!"

Tercetak jelas kebencian Aron terhadap Marvin, dari dulu memang dia tidak suka keberadaan Marvin karena selalu menjadi pusat perhatian semua orang. Bahkan satu-satunya paman yang dia sayangi; Mahen.

"Gue benci lo, Vin! Kenapa gak lo aja yang mati?!"

"Aron!"

Aron tidak perduli bentakan Mahen, dia memilih pergi dengan langkah cepat dan napas menggebu marah.

"Vin, kamu butuh istirahat. Saya antar kamu ke ruangan kamu,"

Dua-duanya memang di rawat inap di sebuah rumah sakit besar yang kuliatasnya terpercaya. Dirga ditangani dokter yang hebat yang dapat meyakinkan bahwa murid Mahen kesayangan keponakannya itu dapat pulih kembali.

"Gak perlu pak, Vin bisa sendiri. Kenapa pak Mahen gak kejar Aron? Dia lebih membutuhkan."

Di posisi Marvin juga tidak enak, dia merasa bersalah atas semua yang terjadi pada orang-orang di sekitarnya. Benar perkataan Aron, mungkin jika dia lah yang berada di posisi Dirga, keadaannya tidak akan seperti ini. Marvin tidak akan takut dengan banyak orang karena di posisi yang sangat salah dan terkesan jahat seperti sekarang.

"Aron butuh sendiri, bagaimana pun mulut orang berbusa untuk menasehati dia tapi dia tetap tidak terima keadaan, itu semua percuma. Biarkan dia merenung dan meresapi nasib buruk yang sudah terjadi." Itu bukan Mahen yang angkat suara, tetapi Faiz.

"Karena pada dasarnya, apapun yang sudah terjadi tidak akan bisa di ubah sesuai kemauan diri, Vin. Jadi ingat, semua bukan kesalahan lo." sambung Faiz, memberi beberapa kata untuk Marvin tersadar bahwa tidak ada yang perlu di salahkan di kejadian ini.

"Noh, pinter sahabat kamu, Vin. Jadi sekarang kamu hanya butuh istirahat dan pulih kembali. Biar bang Manu juga gak larut dalam kesedihan liat adiknya."

Tidak-tidak, semuanya tidak adil untuk Aron. Marvin pernah di posisi Aron, dimana seseorang yang dia sayangi harus pergi demi kebaikannya dan saat itu, Marvin juga tidak terima keadaan.

"Semuanya emang salah aku pak. Tokoh jahat sesungguhnya aku, aku bunuh kak Dirga, aku buat bang Manu sakit, aku juga buat kalian repot ngurusin aku. Seharusnya aku gak hidup."

"Goblok! Lo pikir kita semua mau di keadaan kayak gini?! Berhenti nyalahin diri lo, Vin!"

"Udah-udah, Vin kamu butuh istirahat."

Mahen melerai perdebatan itu. Dia tanpa pikir panjang, menggendong Marvin seperti menggendong anak kecil dia depan dan membawanya masuk ke dalam ruang inap; perlahan-lahan membuat Marvin di posisi tertidur.

"Pak Mahen,"

"Kenapa sayang?"

"Jangan marahin Aron karena sikapnya tadi, dia begitu eman-"

"Sssttt, jangan mikirin itu dulu. Kamu butuh istirahat."

Mahen menyelimuti Marvin hingga lehernya, dia mengusap wajah Marvin agar mata itu tertutup tapi Marvin tidak melakukannya.

"Kenapa gak tidur?"

Marvin menggeleng pelan, dia tidak berani menutup mata. Banyak hal mengerikan di kegelapan. "Gak bisa tidur."

"Mau saya tidurin?"

"Pak Mahen gak jijik?"

"Jijik kenapa?"

Raja bokep meet Principal [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang