s e p u l u h

19.9K 1.6K 74
                                    

"Vin gak mau sekolah!" tegas Marvin, dia menutupi tubuhnya dengan selimut.

Faiz menoleh ke arah Manuel, mereka bersitatap sebentar. Bingung harus merayu Marvin seperti apa agar anak itu mau berangkat sekolah.

Faiz menghela napas dalam dalam. Semoga saja cara ini ampuh, pikirnya. "Vin kelas kita ada acara nonton bokep buat penyambutan lo. Masa gak mau sekolah?"

"Noh disambut loh," timpal Manuel.

Marvel menggeleng cepat, dia tidak akan tergiur. Lagipula masih bisa menonton bokep juga walaupun tidak sekolah.

"Kok lu gitu sih Vin? Gak ngehargai temen kelas banget. Lo tahu gak sih? Kelas sepi kalau gak ada lu, Vin. Bu Tuti juga jarang marah-marah, Pak Karto juga jarang ngecek kelas kita."

Marvin tertegun mendengarnya, dia tidak bermaksud mengecewakan teman-temannya. Hanya saja, Marvin tidak ingin bertemu dengan Kepala sekolahnya!

"Tentang kepala sekolah itu ya, Vin?" tanya Faiz, cukup ragu.

Manuel mengernyit kebingungan, dengan pertanyaan yang terlontar dari kekasihnya. "Kamu berurusan sama kepala sekolah, Vin?"

Faiz menoleh, menipiskan bibirnya. "Bang Manu siapin baju Vin atau apa kek gitu. Aku mau ngobrol berdua dulu sama Vin."

Manuel tersenyum, dia mendekat ke arah Faiz. "Siap ayang, kiss dulu dong?"

Faiz mencubit pinggang Manuel pelan. Karena pacarnya itu selalu mencari kesempatan dalam kesempitan.

"Aduh ayang, aku minta cium loh bukan cubit."

Faiz mendelik, "cium aja sendiri!"

Senyum tampan Manuel terus menempel di wajahnya. Kekasih bocahnya itu sangat menggemaskan!

"Kalau aku cium, bisa buat keponakan buat Vin loh."

Faiz merenggut, dia tidak suka memulai duluan. Faiz memang suka ciuman, tapi dia tidak pernah mau memulainya duluan. Ia sangat malu, tapi juga mau!

Manuel terkekeh pelan, "iya-iya ayang. Ngambek terus."

Faiz mendorong pelan tubuh Manuel agar jaug-jauh darinya. "Bodo amat, bang!"

Manuel tertawa, dia menarik pinggang Faiz dan mencium kilat bibirnya. Sedikit lumatan dan hisapan pelan.

"Kalian lagi ngapain sih?"

Refleks Faiz mendorong keras tubuh Manuel. Membuatnya tersungkur jatuh ke lantai.

"Pfft, Bang Manu nyapain?"

Faiz merasa bersalah, dia membantu Manuel terbangun dari posisi jatuhnya yang terduduk. Sepertinya kasakitan karena Faiz mendengar ringisannya.

Manuel menyadari wajah khawatir Faiz, kalau saja tidak ada Marvin, mungkin dia akan menciumnya hingga puas. "Kamu harus sekolah Vin, Faiz mau nangis tuh."

Marvin menoleh ke arah Faiz, wajah temannya itu terlihat ingin menangis. Astaga, sebaik itu teman-temannya!

"Gue sekolah kok, lo jangan nangis!"

Raja bokep meet Principal [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang