Benar kata orang, cinta itu candu.
~Giralda Khaula Nuha≈DD≈
"Da," panggil Alvin setelah hening beberapa saat ketika makanan sudah habis.Alda mengangkat kepalanya menatap Alvin, lekat.
Alvin tersenyum lembut dengan menarik tangan Alda agar ikut berdiri bersama nya. Ia membawa Alda menatap jalanan yang masih banyak kendaraan yang melintas dari arah kaca bening pembatas didepan nya.
"Apa, Vin?" tanya Alda menatap Alvin.
Alvin menoleh dan berhadapan dengan Alda. Kedua tangan nya menggenggam kedua tangan gadis mungil itu. "Kamu udah baca surat aku kan?"
Alda mengangguk mantap seraya menatap tangannya. Jujur, sampai saat ini jantung nya masih tidak terkontrol. Tapi, sekuat tenaga ia menahan untuk biasa saja.
Alvin menyunggingkan senyum. Dan mengelus pucuk kepala Alda lembut. Kali ini, semua orang sudah banyak yang turun. Hanya tersisa beberapa orang di ruang atas. Alvin mengikis jarak diantara dia dan Alda. Tangan nya kini beralih pada dagu Alda, menekan nya agar menatap netra miliknya. Alvin kembali terlena dengan mata lentik hitam pekat milik Alda. "Terus bagaimana jawaban mu?"
Bola mata hitam milik Alda tidak bisa diam, bergerak-gerak kemana-mana. Ditatap begitu dengan jarak yang sangat dekat, mampu membuat mereka bisa merasakan deru nafas satu sama lain. Gugup. Alda sangat gugup. Dia tidak tahu harus menjawab bagaimana. Di satu sisi, dia masih baru mengenal Alvin. Di sisi lain, hatinya sudah terpikat dengan sosok Alvin.
Alvin melepaskan tangannya dari dagu Alda. Dan mundur sedikit dari Alda. "Tidak apa-apa. Aku kasih kamu waktu untuk berpikir, Da. Kalok bisa secepatnya," kekeh Alvin berusaha mencairkan suasana yang nampak agak canggung.
Melihat kesabaran Alvin. Alda mengukir senyum tidak enak. Setulus itukah Alvin menyukainya? Jika memang begitu Alda tidak akan menolak nya. Karena sekarang pun, Alda sudah siap dengan jawabannya. Tapi, ia akan minta pendapat sahabat-sahabatnya terlebih dahulu sebelum memutuskan nya.
Melihat Alda yang tidak merespon. Alvin menarik lembut pergelangan tangan Alda. "Ayo pulang. Udah malam."
Angin malam saat ini sangat mencekam. Alda yang hanya terbalut dress itu memeluk tubuh nya yang kedinginan. Meskipun Alvin tidak membawa motor dengan cepat. Tapi, angin malam itu sangat dingin.
Alvin melihat ke kaca spionnya. Dan kaget karena Alda memejamkan mata dan memeluk tubuh nya sendiri seperti orang kedinginan. "Da, kamu kenapa?"
Alda membuka matanya dan menatap Alvin juga, dari spion motor. "Gak papa cuman dingin dikit," balas nya dengan senyum.
Alvin mengambil tangan Alda dan melingkarkan di perutnya, agar Alda memeluk tubuh nya. "Gini aja. Biar gak dingin."
Pipi Alda lagi-lagi memanas di cuaca yang dingin. Kini, dia menenggelamkan wajahnya di punggung Alvin dengan memejamkan mata, menghirup aroma mint dari tubuh Alvin.
Dan waktu sangat berlalu begitu cepat. Ingin rasanya Alda lebih berlama-lama bersama dengan Alvin. Sudah lima menit Alda berdiri di depan kontrakan setelah Alvin menghilang. Ya, Alvin tadi mengantarkannya tepat didepan pintu. Ia berani seperti ini karena sudah dipastikan bahwa para tetangga sudah pada tidur ketika larut malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARA DIRI DAN DURI
Teen FictionPerubahan mulai terjadi dalam kehidupan Alda. Mulai dari harta dan keimanannya. Pada umur yang masih labil, ia sudah menjalani kehidupan dengan keadaan orang tuanya yang berpisah. Awalnya Alda berpikir bahwa lelaki paling berengsek adalah Papa nya...