24. BUKU CATATAN

10 1 0
                                    

_HAPPY READING_

-

"Raff, berhenti bentar, Raf," teriak Akmal kesekian kalinya yang menjadi penyebab berhenti mobil mengkilap itu.

"Akmal?" spontan Raffi menghentikan mobilnya sehingga hampir membuat Alda mencium dashboard mobil.

Alda meringis dengan memegang hidung mancung nya yang hampir saja patah tulang akibat kecedot. "Ada apa, sih?" gumamnya.

"Bentar, Al." Raffi memperlihatkan deretan gigi nya, dan membuka kaca mobil agar bisa leluasa mercakap dengan Akmal. "Ada apa, Mal?"

Dengan bete, Alda mengambil cermin kecil yang selalu ia bawa kemana-mana, agar berjaga-jaga takut ada yang kurang dari hiasan wajahnya. "Tuh, kan, hidung kesayangan aku merah," dumelnya dan menatap Raffi yang sedang bercengkrama dengan seseorang yang sulit Alda lihat. "Lagi ngomong sama siapa, sih?" batinnya dan kepala yang celingak-celinguk.

"Oh buku, bentar gue cari dulu," pukas Raffi dan membalikkan tubuhnya ke kursi belakang nya, dimana tasnya berada.

Dengan begitu kedua iris gelap milik Alda bertemu dengan manik tajam bak elang milik Akmal. "Dia!" seloroh Alda dan membekap mulutnya.

Berbeda dengan Akmal, yang hanya menatap datar ke arah Alda. Kaget, sih. Karena setahu dia Raffi bukan tipikal anak yang sering pacar-pacaran. Tapi, Akmal tidak terlalu peduli pada urusan orang lain.

"Nih, Mal." Raffi menyodorkan buku catatannya pada Akmal. "Jaga baik-baik! Itu buku sangat penting, ingat, Mal," peringat Raffi dengan terkekeh kecil.

"Siap, Raf. Makasih, saya pulang dulu," pamit Akmal dengan memutar balik kendaraannya.

"Al." Raffi memandang Alda yang terkejut di sampingnya itu. Ntah apa yang Alda pandang. Raffi lanjut melambaikan tangannya didepan wajah Alda. "Alda."

Alda menarik dirinya dari bayangan lelaki yang sangat sulit ia cari biodatanya. Lelaki yang sudah berapa kali ia temui namun belum ia kenali.

"Kenapa, Al?" lanjut Raffi dengan melanjutkan perjalanannya.

"Gak papa kok, hanya gak asing sama cowok tadi," balas Alda.

"Oh dia Akmal. Temen kelas aku yang paling rajin. Dia anak yang mempunyai ambisi tinggi buat ngejar kelas."

"Ngejar kelas? Buat apa?"

"Sabar dong sayang, sepertinya penasaran banget sama Akmal emang pernah ketemu?" goda Raffi dengan tersenyum lebar.

Alda menggeleng. "Gak kok, hanya dikit kepo aja."

"Katanya sih, dia pernah nganggur dua tahun akibat ekonomi orang tuanya. Jadi, ia sekarang mau segera lulus dan bisa cepat bantu umminya, gitu sih," jelas Raffi yang membuat Alda sedikit tahu tentangnya.

"Terus dia kok bisa sekolah lagi?"

"Beasiswa."

"Terus dia-"

"Kenapa bahas Akmal sih. Mending kita cari cafe buat makan siang. Belum makan kan?" sarkas Raffi yang tidak mau meluangkan waktu sedikit buat membahas hal yang tidak menyangkut dirinya dan Alda.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 17 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ANTARA DIRI DAN DURITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang