Gini ya, rasa nya jatuh cinta. Benar-benar masuk dan gak tahu caranya pulang.
~Giralda Khaula Nuha≈DD≈
"Aku masuk dulu," pamit Alda dan segera berlari memasuki gerbang meninggalkan Alvin. Kali ini, dia sudah tidak tahan menahan debaran jantungnya dan pipi nya yang memanas.
Alvin tersenyum tipis ketika melihat tingkah laku gadis berjepit hujan itu.
Alda segera berlari ke toilet wanita. Ia membasuh wajah nya di wastafel agar rasa panas di pipi nya mereda. "Hufffs. Kenapa gue gini, sih?" Alda memukul kepala nya dengan terkekeh geli mengingat nya yang berlari, seperti sedang di kejar anjing.
"Gak bisa! Gue harus minta pendapat Giska. Gue harus jawab ini sekarang!" teguh Alda dengan kepalan tangan. Karena, tidak kuat dengan keadaan jantung nya yang tidak stabil.
Alda keluar dari toilet dengan perasaan sedikit lega. Ia kembali melangkahkan kakinya menelusuri teras perkelas menuju ke kelasnya. Setiba dikelasnya, langsung duduk dan mencari keberadaan Giska dan lainnya yang masih tidak terlihat.
"Suci, liat temen-temen gue, gak?" tanyanya pada salah satu teman nya.
"Gak tahu. Tadi dateng, tapi keluar lagi," jawab nya.
Alda hanya ber oh menanggapi jawaban Suci.
Tidak berselang lama, ketiga sahabat nya itu datang dengan mi gelas di tangan mereka.
"Tumben pagi-pagi, udah jajan?" tanya Alda.
Giska memutar bola matanya, malas. "Ya ini karena lo, Alda...," geram Giska.
"Hah?" Alda menunjuk dirinya dengan kerutan kening.
"Iya Alda. Karena tadi malem ke maleman. Jadi, kita telat bangun. Kalok kita telat bangun, kita juga gak sarapan dirumah. Kenapa? Karena takut telat. Kan kalok kita telat, nanti bakal dihukum," jelas Andrina.
Alda menggaruk tengkuk leher nya, tidak enak. "Hehe. Sorry."
Ketiga sahabat itu memakan lahap mi gelas tanpa sisa.
"Gays," panggil Alda dan membuat ketiganya menoleh. "Gue minta pendapat kalian soal Alvin," ungkap Alda takut.
"Tadi malem lo gak diapa-apain kan sama Alvin?" selidik Giska dengan memicingkan matanya, menatap lekat mata lentik Alda.
Alda menggeleng cepat. "Gak lah."
"Terus maksudnya apa?" lanjut Giska.
Alda mengambil nafasnya dalam-dalam sebelum bercerita. Kali ini, dia terasa gugup untuk menceritakan perasaannya. "Jadi, kan Alvin nembak gue, nih. Menurut kalian gimana? Gue terima, gak?" ujar Alda hati-hati.
"TERIMA!" teriak Andrina sarkastik.
Rere menoyor kepala Andrina sehingga membuat rambutnya berantakan. "Bisa pelan-pelan gak, And?"
Karena sifat keras Rere. Lagi-lagi Andrina harus bungkam dengan bibir yang mengerucut sebal.
"Kalok menurut, Re?" alih Alda setelah mendapat lampu hijau dari Andrina.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARA DIRI DAN DURI
Fiksi RemajaPerubahan mulai terjadi dalam kehidupan Alda. Mulai dari harta dan keimanannya. Pada umur yang masih labil, ia sudah menjalani kehidupan dengan keadaan orang tuanya yang berpisah. Awalnya Alda berpikir bahwa lelaki paling berengsek adalah Papa nya...