Sesusah itukah melupakan cinta pertama? Jika memang tidak susah, kenapa rasa ini masih utuh untuk-nya?
~Giralda Khaula Nuha
≈DD≈
Setahun berlalu....
Siang ini, Alda sangat terlihat cantik dengan stelan brukat nya yang sangat menampakkan dia begitu anggun.
Kini, siswa kelas IX SMP GARUDA PUTIH semuanya berjejer rapi di atas panggung yang dirias indah itu. Sekitaran, lima puluh anak yang berada diatas dengan toga wisuda yang melekat pada diri per-anak. Gabungan antara tiga kelas itu sangat terkesan bahwa SMP GARUDA PUTIH beranggotakan banyak siswa.
Acara pembagian ijazah dan medali kelulusan sudah selesai. Kini, waktunya untuk berfoto bersama bagi wisudawan-wisudawati yang sudah berdiri manis diatas panggung. Semua guru juga ikut naik dan berdiri dibelakang para wisuda. Beberapa lampu kamera terarah pada mereka dengan siswa cowok yang berjongkok dan siswa cewek yang berdiri.
"Sesi foto bersama sudah selesai. Para wisudawan-wisudawati silahkan kembali pada tempatnya masing-masing. Karena, penobatan wisudawan wisudawati terbaik tahun ini akan segera diapresiasikan."
Suara Mc membuat semua gerombolan para wisuda kembali turun.
"Mari kita panggil peraih penghargaan tahun ini. Wisudawan wisudawati terbaik tahun ini, jatuh pada saudara ... Devan Cortalio dan saudari ... Alda Khaula Nuha."
Tepuk tangan meriah terdengar dimana-mana. Alda tidak percaya bahwa dirinya akan mendapatkan penghargaan sama seperti disekolah sebelumnya dulu.
"Alda itu lo!" heboh Giska yang duduk disebelah kanan Alda.
Dengan wajah kaget Alda segera memeluk Giska dengan perasaan haru.
"Usaha lo buat deketin pak Emil gak sia-sia, Al," lanjut Giska dengan ikut senang.
Alda melepaskan pelukannya. Ia menggenggam tangan Giska. "Bener lo, Gis. Dan ini gak akan berhasil jika gak ada lo."
"Silahkan bagi siswa yang sudah dipanggil untuk menaiki panggung kehormatan."
"Sana cepetan, Al."
Alda naik keatas panggung dengan Devan di didepannya. Dengan anggun, Alda berdiri di samping Devan yang sama sekali tidak tersenyum.
"Selamat ya, Dev," ujar Alda.
Devan hanya bergumam singkat tanpa menoleh ke arah Alda.
Selendang yang tertuliskan wisudawan wisudawati terbaik itu sudah tersemat indah ditubuh Devan dan Alda.
Emil Handika, guru muda yang mempunyai badan kekar itu memberikan piagam penghargaan pada Devan lalu pada Alda.
"Kamu harus berterima kasih padaku, Sayang," bisik Emil yang menjabat sebagai guru baru di SMP GARUDA PUTIH, ketika berjabat tangan Alda.
Alda tersenyum simpul dengan tatapan mata yang begitu cantik sehingga menusuk dada Emil.
"Selamat atas apresiasi atas kerja keras kalian. Acara wisuda siang hari ini sudah selesai. Saya sebagai pemutar roda acara, kini pamit undur diri. Sekian terimakasih."
![](https://img.wattpad.com/cover/311307635-288-k172470.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARA DIRI DAN DURI
Ficção AdolescentePerubahan mulai terjadi dalam kehidupan Alda. Mulai dari harta dan keimanannya. Pada umur yang masih labil, ia sudah menjalani kehidupan dengan keadaan orang tuanya yang berpisah. Awalnya Alda berpikir bahwa lelaki paling berengsek adalah Papa nya...