10. KEGILAAN ALAN

6 3 0
                                    

DD

"Lo sangat cantik!"

"Kamu siapa?" Alda berusaha melepas tubuhnya. Mendengar suara yang bukan milik Alvin membuat dia yakin bahwa lelaki yang memeluknya kali ini bukan Alvin.

"Hei. Gue utusan Alvin buat lo!" sahut lelaki itu dengan kekehan geli dan makin merekatkan pelukannya.

"Gak! Alvin gak mungkin kayak gitu!" Alda berusaha mendorong dada bidang lelaki itu. Kapan lampu akan menyala? Ia ingin mencari Alvin dan berlindung padanya. Deru nafas dari lelaki itu sangat membuat Alda yakin bahwa lelaki ini bernafsu tinggi. "Lepas!"

"Jangan, Alda. Kita nikmati malam ini sama halnya malam yang lo nikmati bersama Alvin."

"Siapa, lo?" Alda tercengang dengan sedikit emosi. Bagaimana dia tahu? Apa benar yang lelaki ini katakan? Sedangkan Alvin, dimana dia sekarang? Apa yang harus Alda lakukan kali ini? Lelaki ini tidak membiarkannya lepas dan berteriak pun tidak ada gunanya. Karena suara musik yang kenceng dan seruan beberapa orang yang juga mencari pasangan mereka.

Lelaki itu makin kurang ajar. Dia mencium area leher Alda dengan desahan nafas yang terdengar berhasrat. "Wangi."

"Menjijikkan! Lepas kan gue!" Alda tidak bisa berkutik. Ia hanya diam dengan berusaha mengancam mungkin bisa menghentikan aksi lelaki yang tidak ia ketahui yang sekarang mengelus punggungnya yang tidak tertutup.

"Jangan teriak. Lo tidak mau kan menjadi sorotan diacara Angel."

Benar. Perkataannya sangat benar. Alda tidak mau mempermalukan dirinya sendiri di acara sepupu Alvin. "Gue gak mau dipertontonkan apalagi dengan dia, orang yang gak gue ketahui. Gue gak mau Alvin marah karena dia lancang meluk gue. Gak, gak boleh. Gue harus bawa lelaki ini keluar dari sini!" Alda membatin dan berpikir berulang kali untuk tidak salah.

Lampu kelap-kelip menyala. Tapi, lampu utamanya tidak menyala sehingga membuat Alda susah untuk mengenali lelaki yang bertopeng didepan nya kali ini. Ia hanya melihat senyuman miring yang lelaki ini tunjukkan. Dengan musik yang masih mengalun indah semua orang kembali menari baik pasangannya berubah atau tidak.

"Lo siapa?" tanya Alda dengan tetap menari sambil mengamati hidung dan bibir lelaki ini.

Lagi-lagi lelaki itu menyunggingkan senyum. Ia memeluk erat pinggang Alda dengan tarian yang berusaha keluar dari ruangan dansa. "Mau tahu? Oke kita pindah tempat."

"Bagus."  Alda hanya mengikuti apa yang lelaki ini mau. Ia yakin bahwa lelaki ini akan mengakui dirinya saat ditempat lain. Karena tidak mungkin juga, ia menjelaskan siapa dirinya di ruangan dansa yang dipenuhi oleh semua orang. Juga ada beberapa pertanyaan yang harus Alda ajukan padanya.

Kini lelaki itu membawa Alda dipojok ruangan dansa. Alda pikir dia akan dibawa keluar dari ruangan itu. Tapi tidak. Lelaki ini membawa nya di pojok ruangan yang juga full dengan banyak orang. Lelaki itu menyandarkan tubuh Alda pada dinding dibelakangnya.

"Katakan!" tegas Alda tanpa basa-basi.

"Bukan disini," pukas nya dengan mengecup kening Alda singkat.

Alda mengerang keras atas perlakuan kurang ajar menurutnya. "KUR—"

"Sttt." Lelaki itu menaruh jari telunjuknya didepan bibir mungil Alda. Dengan bibir yang tersenyum lebar dia menjatuhkan tangannya di pinggang Alda lalu menekan kenop pintu dibelakang tubuh Alda yang tidak Alda sadari sedari tadi.

Mereka berdua masuk kedalam kamar luas dan gelap itu. Didalam kamar, hanya ada dua lilin di masing-masing pojok. "Ngapain kesini?!"

Terdengar suara pintu yang tertutup dengan akhiran suara kunci. Alda berusaha menajamkan pandangannya melihat ke sekelilingnya yang hanya ada dirinya dan lelaki bertopeng itu. "Siapa, lo?"

ANTARA DIRI DAN DURITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang