Ini dia yang Marvin cari. Sosok belahan jiwanya yang muncul saat rut pertamanya dalam rupa semak-semak pandan, potongan gula merah, dan air kelapa yang tidak pernah bisa Marvin lupakan.
Nyatanya, sosok itu kelihatan lebih manis dari yang ia bayangkan. Wajahnya agak bulat dengan kulit berwarna kecoklatan sehat dan rambut panjang berwarna coklat gelap. Tangannya yang hangat itu membuat hati Marvin melompat riang. Marvin tidak bisa menghentikan senyum terpatri lebar di wajahnya dan membuat pipinya jadi terasa sakit.
"Mate?" tanya Helen lebih dulu.
"Ya."
Kalau Jere mendeskripsikan perasaan ini dengan kata sesederhana senang, nyatanya tidak seperti itu. Ini lebih dari sekedar senang.
Seperti ledakan kembang api yang membuat Marvin bersemangat untuk memulai hari.
Penantiannya tidak sia-sia karena sekarang matenya ada di hadapannya.
"Hai?" sapa Marvin canggung, tidak tahu bagaimana harus memulai ini semua.
Helen mengulum senyum kecil yang entah bagaimana terasa kecut.
.
.
."Uh... um..." Marvin kehabisan kata-kata ketika ia berusaha membangun topik dengan Helen.
Dari sisi manapun, omeganya kelihatan menggemaskan. Pipinya tembam dengan sepasang mata bulat yang agak sayu. Bibirnya seperti buah plump. Kulitnya tan sehat. Rambutnya pendek berwarna coklat karamel yang membuat kadar manisnya berkali-kali lipat di mata Marvin.
Helen benar-benar perwujudan dari aromanya sendiri. Manis, legit, dan hangat.
Rasanya Marvin ingin mengigitnya sekarang juga.
"Kamu kenapa?" tanya Helen bingung ketika Marvin mendadak menggelengkan kepala keras.
"Ah, tidak apa-apa," jawab Marvin menyembunyikan pikiran yang mendadak menghampiri kepalanya.
Kenapa dia mendadak jadi mesum, sih? Alpha mengigit omega itu bukan pikiran terpuji. Apalagi ia baru saja kenal dengan omeganya. Bisa-bisanya dia berpikiran seperti itu.
Namanya Helen Soetanto, umur 23 tahun. Dia baru lulus dari universitas enam bulan lalu dan pindah ke kota ini sebulan lalu karena menerima tawaran pekerjaan dari salah satu brand kecantikan lokal.
"Kalo kamu?" tanya Helen.
"Umur aku 27. Aku kerja di bagian IT programer di perusahaan ticketing," jawab Marvin.
"Oh..." Mulut Helen membulat. "Punya pacar?"
"Uhuk!" Marvin mendadak tersedak tehnya sendiri. "Sorry, sorry."
Helen bergerak mengambil selembar tissue lalu menyodorkan pada Marvin yang segera menyeka bibirnya.
"Nggak punya."
"Beneran?" tanya Helen lagi, tidak percaya.
Marvin mengangguk.
"Terus, kalo lagi rut gimana?" tanya Helen penasaran. Buat Helen ini hal yang penting.
"Aku ngelewatin sendirian. Makan supresan dan tidur aja pake feromon artificial. Lagipula aku rut cuma setahun sekali," jawab Marvin. "Untungnya begitu."
Untungnya mereka hidup di jaman yang sudah canggih. Saat feromon artificial sudah ditemukan. Obat supresan untuk alpha juga sudah ada. Kalau ini yerjadi puluhan tahun lalu, sudah pasti Marvin akan menghabiskan masa rut nya dengan mencari beta.
"Gak sakit?"
"Sakit. Tapi mau gimana lagi?"
"Ya cari beta."
KAMU SEDANG MEMBACA
Omega Bau Klepon
Fanfiction[On Going] Marvin ingat pernah mencium aroma ini. Baunya seperti perpaduan pandan, kelapa, dan gula merah hangat. warning : markhyuck, gs, lokalau, ABO! Omegaverse Start : May 31, 2022 #1 genderswitch (8 oct 2023)