"Kapan aku boleh ketemu Papa Mama kamu?"
Semendadak itu pertanyaan Marvin, secepat itu juga semesta mengabulkan permohonannya.
Tahu-tahu, Mama menelfon Helen di tengah makan siangnya.
"Kata Kakak, kamu udah punya mate?" tanya Mama tanpa tedeng aling-aling. "Kok gak bilang-bilang, Dek?"
Dahi Helen mengerut dan bibir mencebik. "Kok langsung nanyain itu? Mama gak mau tau keadaan Adek?"
Mama malah menghela napas. "Kalo kamu udah ketemu mate kamu, artinya kamu di tangan yang aman, Dek. Mama masih gak habis pikir, kok kamu gak bilang-bilang gitu ke Mama dan Papa?"
Melepas Helen merantau ke ibu kota adalah hal yang sulit. Selain karena Helen adalah anak paling kecil, Helen adalah omega. Pergi sendirian sebagai seorang omega yang belum memiliki mate bisa jadi sangat berbahaya.
Perlu waktu setahun bagi Helen untuk meyakinkan kedua orang tuanya supaya diperbolehkan pergi ke ibu kota. Kalau bukan karena ia tinggal bersama Regina (yang waktu itu juga sudah memiliki mate), Helen bahkan tidak yakin kalau ia akan diperbolehkan pergi.
"Siapa orangnya?" tanya Mama mendesak Helen.
"Namanya Marvin. Dia alpha," jawab Helen sekenanya.
"Kerjanya apa?"
"Dia IT programmer."
"Ohh... kok bisa kenal? Ketemu di dating apps?"
"Nggak, Ma. Kita dikenalin sama temen," jawab Helen setengah malas. Ia menutup kotak makannya, bersiap kembali ke kubikelnya yang membosankan di lantai lima. Waktu istirahatnya tinggal lima belas menit lagi dan Helen tidak ingin berdesakkan dengan orang-orang demi menunggu lift.
Ia menenteng kotak bekalnya di sebelah tangan, sementara sebelah tangannya yang lain memegang ponsel yang masih tersambung dengan Mama.
"Kapan mau dikenalin ke Mama?" tanya Mama.
"Gak tau. Aku belum tau bisa pulang kapan. Aku kan belum bisa ambil cuti tahun ini," ujar Helen. "Nanti gaji aku dipotong."
"Ya udah, Mama Papa aja yang ke sana. Sekalian, Mama Papa mau nyobain nginep di hotel bintang lima! Kakak kamu cerita kalo dapet jatah kamar," jawab Mama ceria. "Kamu mau Mama bikinin sesuatu gak?"
Kalau sudah begini, Helen tidak bisa lagi mengelak. "Mau dibuatin rendang sama sambel," jawab Helen membuat Mama tertawa.
"Okei. Nanti Mama buatin buat kamu sama Marvin."
"Ih! Kok gitu?"
"Kok gitu?" Mama mengulang. "Sama calon mantu harus baik, dong! Mama kan mau kasih impresi calon mertua yang baik. Marvin bisa makan pedes, gak?"
"Dia gak bisa makan pedes. Gak suka saos tomat juga," jawab Helen setengah misuh-misuh.
"Dia punya alergi, gak?"
Helen berusaha mengingat. Tapi sepertinya Marvin tipe pemakan segala. Lelaki itu makan dengan lahap apapun yang Helen pilih. "Kayanya nggak ada."
"Ya udah, nanti Mama bikinin keripik kentang aja, deh," jawab Mama memutuskan.
Lalu panggilan pun berakhir karena Helen harus kembali bekerja.
Empat jam lagi sampai waktu pulang, sementara Helen masih punya setumpuk pekerjaan yang menunggu untuk diselesaikan.
.
.
.Seperti hari-hari kemarin, hujan turun. Helen duduk menunggu di meja kerjanya, memandangi titik-titik air yang turun sejak dua jam lalu. Kantor masih ramai, meskipun jam sudah menunjuk pukul lima lewat lima belas menit. Biasanya, kantor sudah kosong, menyisakan antrean di depan mesin absesi dekat pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Omega Bau Klepon
Fanfiction[On Going] Marvin ingat pernah mencium aroma ini. Baunya seperti perpaduan pandan, kelapa, dan gula merah hangat. warning : markhyuck, gs, lokalau, ABO! Omegaverse Start : May 31, 2022 #1 genderswitch (8 oct 2023)