Sentul

1.8K 239 26
                                    

"Pagi!" seru Nara begitu Helen membuka pintu.

"Ya?"

Mata Helen masih sepat ketika membuka pintu apartemennya. Ini baru jam enam pagi tapi Nara sudah tampil cantik dengan dress putih sepanjang lutut berbahan katun dengan renda di dada serta cardigan merah muda menggantung di bahu. Aroma peppermint dan gula batu menguar halus berpadu dengan aroma nipis dan sereh (yang Helen tebak adalah aroma Jere).

"Kamu belum mandi? Sebentar lagi Jere dan Kak Marvin sampai sini!" seru Nara. "Cepat mandi! Jere gak suka nunggu lama-lama!"

Nara menerobos masuk ke apartemen Helen tanpa menunggu jawaban pemiliknya.

"Tunggu sebentar! Aku gak punya janji pergi sama Jere!" seru Helen ketika hendak masuk ke kamar mandi. Ia memandangi Nara yang sudah duduk manis di sebelah travel bag merah muda di sofa.

"Kak Marvin gak bilang kalau aku dan Jere juga ikut ke rumah orang tua mereka?" Mata Nara mengerjap. Tatapan bingung Helen sudah menjadi jawaban. Perempuan cantik itu menghela napas. "Kak Marvin gimana, sih? Ya sudah, sekarang yang penting kamu mandi. Jere kalau sudah ngomel tuh... hih... kamu gak akan mau denger, deh!" Nata mengibaskan tangan, menyuruh Helen segera masuk kamar mandi.

Tidak sampai sepuluh menit, Helen sudah selesai dengan mandi dan berpakaian. Dia hanya perlu berdandan sedikit di depan cermin agar kelihatan lebih rapi.

Alis Nara naik tinggi-tinggi. "Kamu mandi cepet banget."

"Memangnya harus berapa lama?" tanya Helen balik. "Aku kan gak lagi keramas, makanya bisa cepet."

Sebagai orang yang mandi paling cepat lima belas menit (dan sering bikin Jere ngomel karena harus nunggu lama), Nara tidak bisa relate sama sekali. Tapi perempuan itu tidak ambil pusing. Ia hanya mengedik bahu lalu kembali mengutak-atik ponselnya.

.
.
.

"Jere!" seru Nara ketika ia dan Helen sampai di lobby. Omega itu melompat riang ke dalam pelukan alphanya seperti sudah lama tidak bertemu. Padahal kenyataannya mereka baru saja bertemu dua hari lalu.

"Ha?" Dahi Helen sontak mengerut ketika Jere dan Nara tanpa malu berciuman di depannya dan Marvin.

Rasanya, Regina dan Yangyang saja tidak begitu-begitu amat.

Tatapannya dan Marvin tidak sengaja bertemu.

"Apa?" tanya Helen galak.

Marvin menghela napas. "Gak apa-apa," jawab Marvin. Untung saja ia tidak sedang berpikir macam-macam. Kalau Helen sampai tahu isi pikirannya, sepertinya Marvin harus menyiapkan diri menghadapi galaknya Helen.

"Sini, aku simpen di belakang," ucap Marvin mengambil alih travel bag Helen.

"Kamu gak bilang kita pergi sama Jere," bisik Helen. Ia mengikuti Marvin pergi ke bagasi mobil untuk meletakkan tas Helen bersama tas-tas lain.

"Ini mendadak. Mama ngomel karna Jere jarang pulang sejak bersama Nara," jawab Marvin seraya menutup pintu bagasi. "Kamu keberatan?"

"Nggak. Cuma kaget aja tadi pagi tiba-tiba Nara gedor-gedor pintu," adu Helen.

"Vin! Lo yang nyetir, ya!" seru Jere. Lelaki itu melongok dari jendela.

"Lo gak duduk di depan?" tanya Marvin balik menyadari Jere ada di kursi belakang.

"Nggak. Lo aja yang di depan sama Helen," jawab Jere.

Helen tidak ambil pusing. Ia berjalan dan duduk di kursi samping kemudi. Kalau mau dibandingkan, lebih baik Helen bersama Marvin daripada terjebak bersama Nara.

Omega Bau KleponTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang