Miguel

1.4K 209 31
                                    

Sepeninggalan Helen dari mobil, Marvin masih berusaha mengatur napasnya. Seketika detak jantungnya menjadi cepat. Ia jadi terlalu bersemangat sekaligus senang dan malu yang memporak-porandakan dadanya. Senyumnya mengembang lebar.

Harusnya tadi langsung gigit saja! seru Max di dalam sana.

Kalau bukan karena suasana hati Marvin yang sedang baik, mungkin Marvin akan memarahi Max karena sifat brutalnya. Kini ia menepuk-nepuk dadanya, seolah sedang menenangkan Max seperti seekor anjing.

"Sabar, ya. Kita jalan pelan-pelan," ucap Marvin pada Max yang malah melengos sebal karena Marvin lagi-lagi tidak bersikap seperti keinginannya.

.
.
.

"Habis mating dengan siapa, Len? Kenalin, dong! Jangan disembunyiin pacarnya."

Itu pertanyaan ketiga yang Helen dapatkan dari rekan kerjanya hari ini.

Helen manenarik rekan yang duduk di sebelahnya, Tari ke toilet. Beruntung, toilet sepi. Ia segera memberondong Tari dengan pertanyaan.

"Tari, memangnya bau gue sekuat itu, ya?" tanya Helen.

Wajahnya pias, memandang penuh harap pada Tari kalau baunya tidan sepekat itu. Memang Gerry, Tim, dan Nico saja yang selalu jahil padanya dan suka bicara seenaknya.

Mata kecil Tari memandang lurus pasa Helen. Ia mengigit jarinya, agak ragu untum mengatakan yang sejujurnya. Kepalanya sibuk memilah kata.

"Bau kamu agak beda hari ini, Len," kata Tari.

"Sekuat itu?"

Tari mengangguk takut-takut.

Helen sontak menunduk lemas.

Rasanya Helen mau pulang dan kerja dari rumah saja kalau seperti ini. Habisnya, pertanyaan itu bikin malu saja. Seolah Helen tidak mandi habis mating.

Sudah lewat dua hari sejak terakhir kali Marvin melakukan scenting padanya. Namun sepertinya aroma teh hitam Marvin menempel begitu kuat di tubuhnya. Padahal, Helen tidak merasa kalau baunya sepekat itu.

"Tapi mungkin karena kita nggak pernah nyium aroma teh dari kamu, jadi rasanya masih asing," ujar omega itu berusaha menenangkan Helen. "Lagipula, wajar kan bau kita seperti pasangan kita kalau sudah bertemu mate?"

Ya memang wajar, sih. Tapi Helen masih tidak siap dengan respon orang-orang.

Rasanya hari itu jam kerja Helen jadi panjang sekali. Detik-detik berlalu dengan begitu malas. Sekalipun Helen berusaha fokus pada pekerjaannya, tetap saja, celotehan jahil dari teman-temannya masih menembus earphone yang ia pakai.

Pokoknya, ini salah Marvin!

.
.
.

Marvin tidak tahu apa salahnya. Tapi Helen hari ini kembali jadi dingin padanya. Bibir omega itu manyun sejak Marvin menjemput di lobby kantornya sore ini. Semua pertanyaan Marvin dijawab dengan judes.

"Aku gak mau di-scenting lagi sama kamu!"
omel Helen begitu turun dari motor, mengagetkan Marvin. Bibir plump nya masih manyun.

Mata Marvin terbelalak. "Kenapa?"

"Semua orang ngira aku habis mating sama kamu!"

"Oh... itu..." Marvin menghela napas lega. Dia kira kenapa. Sayangnya Marvin masih tidak mengerti di mana letak salahnya. "Tapi kan kita memang mate. Wajar kan kalau dikira mating, meskipun aku belum menandai kamu?"

"Kamu gak tahu ya image omega yang belum ditandai tapi sudah mating itu seperti perempuan murahan! Tetap aja, aku gak suka diledek begitu! Memangnya aku omega apa yang mating tanpa ditandai?"

Omega Bau KleponTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang